Selasa, 31 Desember 2013

6 Tahap Pemutus Rantai Gajah

Membaca Rantai Gajah, tulisan Pak Darmawan Aji yang di posting di www.darmawanaji.com, saya terusik oleh 3 baris terakhir : "Gajah itu terbelenggu, bukan terbelenggu oleh rantainya, namun terbelenggu oleh pikirannya sendiri sehingga ia tak mampu membebaskan potensinya sendiri. Bagaimana dengan kita kawan?". Kalimat tanya yang menutup tulisan itu juga membuat saya mengoreksi diri, masih adakah mental block dalam diri saya?. 

Pak Darmawan Aji adalah orang pertama yang mengajarkan saya tentang hipnosis. Kalau tidak salah, September 2009 silam merupakan pertemuan pertama saya dengan beliau. Waktu itu saya masih mahasiswa Universitas Padjadjaran, suatu hari saya mencoba mengisi waktu luang dengan ikut seminar tentang self hypnosis di ComLabs ITB dan beliaulah pembicaranya, itulah pertama kalinya saya mengenal hipnosis secara ilmiah.

6 Tahap

Belum lama ini saya mengalami sebuah pengalaman dalam hidup saya, pengalaman itu berkaitan dengan rantai gajah atau belenggu potensi diri alias mental block, pengalaman itu adalah serangkaian tes seleksi karyawan Kompas Gramedia. Seleksi yang sudah pernah saya ikuti pada tahun 2011, beberapa bulan saja setelah saya wisuda, dan saya gagal di tes tahap 1 padahal saya berharap besar saat itu, maklum fresh graduate yang masih jobless pasti dihujani pertanyaan dan tuntutan seputar pekerjaan.

Dimulai dari tanggal 22 November 2013, walk in interview. Saya sampai di kantor Kompas Gramedia sekitar pukul 08.30 WIB, sudah dapat nomer antrian 240-an. Prosesnya sangat cepat, interview dilakukan per term, masing-masing 1 jam, kemudian langsung diumumkan siapa yang lolos per term setiap 1 jam sekali. Alhamdulillah saya lolos walk in interview. What's next?, tes tahap 2 dan 3 yaitu psikotes dan kawan-kawannya. Kapan?, keesokan harinya!. Alangkah tidak siapnya saya, sangat tidak menyangka. Rupanya seleksi ini juga diselenggarakan di 5 kota lainnya (Surabaya, Bandung, Yogyakarta, 2 kota lainnya saya lupa) dan Jakarta adalah kota terakhir sehingga psikotes dilaksanakan langsung keesokan harinya.

Tanggal 23 November 2013, tes tahap 2 dan 3 berlangsung seharian penuh, mulai pukul 08.00 hingga pukul 18.00 WIB. Psikotes dilaksanakan hingga pukul 11.00, kemudian istirahat makan siang dan sholat dzuhur. Pukul 14.00 langsung diumumkan siapa yang lulus psikotes dan Alhamdulillah saya lulus. What's next?, tes tahap 3 yaitu FGD (Focus Group Discussion) yang dinilai oleh seorang psikolog, tes melanjutkan gambar (War Teg Test), tes menggambar pohon dan orang, serta tes berhitung (Pauli - Kraepelin Test) berlangsung hingga pukul 18.00 WIB. Pada tes tahap 2 dan 3 ini, peserta-peserta dari 5 kota lainnya berkumpul di Jakarta. Alhamdulillah saya lulus FGD, War Teg Test, tes menggambar pohon dan orang, serta Pauli - Kraepelin Test. Pengumuman kelulusan saya terima via email seminggu setelah tes.

Kemudian tanggal 6 dan 11 Desember, tes tahap 4 dan 5, masing-masing adalah Project Team Interview dan Interview User. Project Team Interview adalah wawancara yang dilakukan oleh HR dari kantor pusat, sedangkan Interview User adalah wawancara yang dilakukan oleh HR Manager Unit, di unit itulah nanti kita ditempatkan. Alhamdulillah saya juga lulus kedua tahap tes tersebut. Daaaaaannn...tes terakhir yang menurut saya paling membuat deg-degan adalah Medical Check Up. Jujur saja, sudah lama sekali saya tidak berolah raga (kecuali jalan kaki) dan tidak berpola hidup sehat. Medical Check Up cukup lengkap, mulai dari cek darah puasa dan cek darah setelah puasa, rontgen paru-paru, cek urin, tes pendengaran, tes penglihatan, tes buta warna, EKG, cek tensi dan denyut nadi, serta cek fisik dari ujung kepala hingga ujung kaki termasuk cek payudara (bagi perempuan), cek hernia (bagi laki-laki), dan cek wasir (ambeien) di anus.

Alhamdulillah saya lulus juga Medical Check Up ini dan akhirnya saya diterima sebagai karyawan di Kompas Gramedia. Ooops...tunggu dulu!, tes belum berakhir. Masih ada training selama 11 bulan dengan 2 tahap evaluasi dan berlaku sistem gugur. Setelah training barulah diangkat menjadi karyawan tetap dengan ikatan dinas 1 tahun.

Kalau selama ini saya mendengar nasehat : "Manusia ditakdirkan untuk berkompetisi. Sebelum jadi manusia saja sudah harus berkompetisi. Hanya 1 dari jutaan sperma yang dapat membuahi sel telur, kemudian bertahan 9 bulan di kandungan, berjuang saat proses kelahiran, perjuangan panjang saat di dunia, dan semuanya baru berakhir ketika mati. Itulah saat kita mempertanggungjawabkan semua kesempatan indah yang Tuhan berikan", melalui 6 tahap inilah saya alami langsung serangkaian panjang seleksi ketat dan cepat demi sebuah kesempatan berkarir di perusahaan besar dan ternama yang telah berdiri sejak 1963. Bukan hanya itu, 6 tahap inilah yang berhasil memutus rantai gajah atau mental block dalam diri saya.

Rantai Gajah yang Membelenggu

Berdasarkan pengalaman berkali-kali gagal seleksi masuk perusahaan besar dan ternama, seperti Telkom, Bank Mandiri, BNI, Pertamina, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan yang lainnya yang saya tidak ingat saking keseringan...hehehe..., terbentuklah persepsi dalam benak saya bahwa saya tidak akan pernah bisa diterima apalagi bekerja di perusahaan-perusahaan besar dan ternama. Bahkan saya sering menghindari open recruitment perusahaan-perusahaan besar dan ternama tersebut, daripada kecewa untuk kesekian ratus kalinya.

Mirip seperti gajah yang dirantai sejak kecil, baru saya sadari sekarang bahwa dulu saya hanyalah seorang fresh graduate yang belum punya pengalaman kerja, saya juga jarang bergabung dalam kepanitiaan dan organisasi-organisasi kemahasiswaan, menjawab pertanyaan interviewer dengan terbata-bata karena minimnya wawasan. Saat ini, setelah 1 tahun bekerja ke sana-sini dan 1 tahun menetap di brand consultant, saya sudah jauh lebih kaya dengan pengalaman kerja, pengalaman berinteraksi dengan klien, kemampuan berbicara di hadapan banyak orang, menjawab pertanyaan dengan baik dan benar, serta presentasi memukau juga meningkat. Alhamdulillah 6 tahap inilah yang berhasil memutus rantai gajah, menghancurkan mental block, sebab secara langsung saya membuktikan bahwa saya bisa!.

Tentunya, kesuksesan awal ini tidaklah saya raih sendiri. Banyak dukungan dan do'a yang membantu menguatkan serta melancarkan. Saya sembahkan syukur kepada Alloh S.W.T, saya haturkan terima kasih kepada kedua orang tua, keluarga besar, sahabat-sahabat, teman-teman, dan semua orang yang ikut mendo'akan saya.

Untuk para pembaca, jangan ragu untuk terus mencoba, jangan pasrah dengan belenggu apapun yang merantai diri. Kadang tanpa sadar, kita sudah cukup kuat dan sangat mampu untuk melepaskan belenggu tersebut, hanya kita belum cukup berani untuk melakukannya. Entah masih berapa banyak mental block yang ada di diri saya, tapi Alhamdulillah 1 belenggu sudah terlepas. Terima kasih, Pak Darmawan Aji!.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Selasa, 10 Desember 2013

Apa (Sebenarnya) Guna Kondom?

Ribut-ribut soal Pekan Kondom Nasional, pro dan kontra bagi-bagi kondom gratis dalam rangka kampanye pencegahan HIV/AIDS, 'pemberian gelar' Ratu Kondom dan Menteri Cabul untuk Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, hingga beragam respon penolakan dari berbagai tokoh publik. Sebagai bukti, Anjari Umarjianto alias Eyang Anjarisme merangkum beragam respon penolakan dari tokoh-tokoh publik tersebut dalam sebuah postingan berjudul "Kondom dan Cermin Masyarakat Gagal Paham serta Buruknya Komunikasi Publik" di blognya.

 
Bis merah bergambar Jupe, salah satu media kampanye Pekan Kondom Nasional.
'Pemberian gelar' untuk Menkes Nafsiah Mboi, wujud perlawanan yang beredar di dunia maya.
Sadar atau tidak, cara pencegahan HIV/AIDS yang paling populer karena paling sering dikampanyekan adalah dengan pemakaian kondom. Sadar atau tidak, cara ini kurang sesuai dengan budaya dan norma-norma di Indonesia. Sadar atau tidak, selama ini telah terjadi salah kaprah massal tentang guna kondom dan cara pencegahan HIV/AIDS.

Pakai kondom, aman dari HIV/AIDS.
Cegah HIV/AIDS dengan kondom.
Kita, orang Indonesia, tidak butuh kondom untuk mencegah HIV/AIDS. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, coba cek di Al-Qur'an!, ada Surat Al-Isroo' ayat 32 : "wa laa taqrobuuzzinaa, innahu kaana faahisyatan wa saa-asabiilan" yang artinya "Dan janganlah kalian mendekati zina!, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk". Baru mendekati saja sudah dilarang apalagi melakukan, alasannya sangat jelas karena zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Penyakit kelamin, seperti HIV/AIDS sendiri misalnya, dan aborsi merupakan contoh dampak buruk zina yang paling nyata dan paling mudah dijumpai.

"Dosa gak bejendol, Bro!. Santai aja!, diem-diem aja, suka sama suka, gak ada yang tau". Dosa memang gak bejendol tapi hamil kan bejendol. Buat melenyapkan barang bukti (jendolan) terpaksa pilih aborsi sebagai jalan pintas yang cepat dan dianggap 'aman'. Please deh!!!, aman jangka pendek, berbahaya dan berpotensi sengsara jangka panjang. Kalau aborsi gagal, nyawa jadi taruhan, atau bayi lahir tapi dalam kondisi cacat. Kalau aborsi berhasil, ada kemungkinan bahaya pada rahim atau susah hamil kembali di kemudian hari. Itu risiko buat cewek, apa risiko buat cowok?. Tetap ada. Penyakit kelamin itu (baru) siksaan di dunia, tapi imbasnya (sudah) kemana-mana. Bisa nular ke istri, bisa nular ke anak.

Bagaimana dengan yang non muslim?, seperti yang kita ketahui sejak masih duduk di bangku SD bahwa di Indonesia ada 5 agama yang diakui yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha, entah sekarang masih tetap 5 atau sudah bertambah jumlahnya. Saya tidak sempat menelusuri apakah di dalam kitab suci agama-agama tersebut juga terdapat larangan berzina atau tidak, tapi kita semua paham serta yakin bahwa setiap agama mengajarkan dan menyerukan kebaikan kepada umatnya. Lagi pula, budaya dan norma yang berlaku di Indonesia adalah budaya dan norma timur. Proses menuju sebuah pernikahan saja ada tahapan-tahapannya, misalnya lamaran, pengajuan syarat-syarat dari keluarga calon mempelai, seserahan, mahar, pingitan, dan lain-lain, hingga sampai ke tahap ijab kabul atau pengucapan janji pernikahan oleh pengantin. Sudah ijab kabul dan tinggal resepsi saja kadang-kadang masih ada beberapa prosesi untuk kedua mempelai bisa sampai dan menduduki kursi pelaminan. Tidak asal tabrak setelah kenalan dan ngobrol-ngobrol beberapa jam saja.

Jadi, apa (sebenarnya) guna kondom?. Guna kondom di Indonesia, yang paling efektif dan paling pas dengan budaya serta norma-norma, adalah untuk mengurangi jumlah pertambahan penduduk alias KB (Keluarga Berencana). Sekedar saran, semoga diterima dan dilaksanakan, ubahlah pilihan kata yang digunakan dalam kampanye pencegahan HIV/AIDS. Akhirilah salah kaprah massal tentang guna kondom dan cara pencegahan HIV/AIDS!.

Jauhi zina!. Tidak berhubungan seks selain dengan suami / istri.

STOP PERGAULAN BEBAS!. Ya tertular penyakit, ya dosa.

Ubah pilihan kata. Akhiri salah kaprah massal tentang guna kondom dan cara pencegahan HIV/AIDS!.























- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Minggu, 08 Desember 2013

99 Cahaya di Langit Eropa : Meraih Jutaan Makna Islam dari Negeri Orang

99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
Hanum Salsabiela Rais, putri Amien Rais, politisi sekaligus pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) yang pernah menjabat Ketua MPR periode 1999-2004, mengabadikan pengalaman berharganya saat mendampingi suami tercinta, Rangga Almahendra, kuliah S3 di Wina, Austria. Buku best seller itupun diangkat ke layar lebar oleh Maxima Pictures, disutradarai Guntur Soeharjanto.

Hanum, yang berprofesi sebagai jurnalis dan presenter, diperankan oleh Acha Septriasa, sementara Rangga diperankan oleh Abimana Aryasatya. Layaknya pasangan suami istri yang merantau ke negeri orang, di awal-awal masa perantauan terasa membahagiakan, melihat-lihat pemandangan dan tempat-tempat yang belum pernah dilihat atau bahkan tidak ada di Indonesia. Setelah beberapa bulan berlalu, mulailah terasa rindu pada tanah air. Tak disangka, di negeri inilah Hanum dan Rangga meraih jutaan makna Islam.

Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

Kesan pertama yang saya dapat dari film 99 Cahaya di Langit Eropa adalah susahnya orang Islam yang menjadi kaum minoritas di Eropa. Mulai dari mencari makanan halal, anak perempuan yang dibully oleh teman sekelasnya karena menggunakan jilbab, menghadapi persepsi orang (non muslim) terhadap syari'at Islam, hingga minimnya keleluasaan menunaikan sholat sedangkan Islam adalah agama dengan intensitas ibadah yang tinggi : sholat wajib 5 waktu dalam sehari serta sholat Jum'at bagi laki-laki. Kesan pertama itu sekaligus menyentil saya, betapa beruntungnya saya sebagai muslimah di Indonesia. Saya jadi malu sendiri, di Indonesia tidak dibully jika berjilbab, bahkan jilbab masa kini sangat fashionable dan semakin mempercantik para muslimah, tapi saya malah belum berjilbab. Kalau jalan-jalan ke mall, gak bakalan susah cari musholla, beberapa mall bahkan sudah mengupgrade kebersihan dan kenyamanan mushollanya, tapi saya masih sering menunda sholat dengan berbagai alasan : lebih enak sholat di rumah, tapi biasanya sih karena keasyikan shopping sampai lupa waktu sholat.

Kara Mustafa Pasha dan Agen Muslim Berakhlak Rosululloh S.A.W.

Sejarah mencatat, Kesultanan Utsmaniyah dari Turki (Turki Ottoman) pernah mencapai puncak kejayaannya setelah menaklukkan Konstantinopel pada 1453. Turki Ottoman merupakan kesultanan dengan kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Turki Ottoman terus memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke seluruh Eropa dan Afrika Utara. Sayangnya, pada 1683, Kara Mustafa Pasha dan 150.000 orang pasukannya gagal melakukan ekspansi ke Wina, Austria. Orang-orang Wina menganggap Kara Mustafa Pasha dan pasukannya sebagai penjahat, dari peristiwa ini jugalah timbul benih-benih kebencian terhadap Turki. Pada abad 19, kekuatan dan kekuasaan Turki Ottoman mulai terkikis hingga akhirnya runtuh di abad 20.

Dari asal-usul croissant, Hanum, Fatma, dan Ayse mengajak penonton menjadi agen muslim yang berakhlak Rosululloh.
Selain indahnya Wina, aura romantis Menara Eiffel di Paris, serta bukti-bukti kejayaan Islam yang tersembunyi di balik benda-benda bersejarah yang tersimpan di Museum Louvre, ada sebuah adegan yang paling memesona sekaligus menggetarkan hati saya. Saat Hanum bersama Fatma (Raline Shah), imigran Turki yang dikenal Hanum di kursus gratis bahasa Jerman, dan Ayse (Geccha Tavvara), putri Fatma, sedang makan di sebuah kafe. Tanpa sengaja Hanum mendengar percakapan dua orang laki-laki yang sedang membahas asal-usul croissant, konon kabarnya croissant sengaja dibuat berbentuk bulan sabit, serupa dengan gambar di bendera Turki. Jadi pada saat orang-orang Wina menggigit croissant, mereka merasa seolah-seolah sedang melumat bangsa dan negara Turki.

Hanum naik pitam setelah mendengar percakapan tersebut, namun Fatma punya cara berbeda. Dia justru membayar tagihan kedua laki-laki tadi kemudian meninggalkan secarik kertas yang berisi alamat emailnya dan pesan bahwa dirinya adalah seorang muslim yang berasal dari Turki. Kedua laki-laki tadi jadi tidak enak hati dan mengirimkan permintaan maaf via email.

Fatma, yang selalu mengajak setiap orang Islam yang dikenalnya untuk menjadi agen muslim, meneladani sikap bijak dan sangat terpuji Rosululloh S.A.W dalam menyikapi orang lain yang menghina agama Islam. Tindakannya sangat elegan saat membalas keburukan dengan kebaikan. Sebuah scene yang menampakkan salah satu dari ribuan sisi baik Rosululloh dan ajaran Islam yang dibawaNya, sebuah scene yang membuat air mata saya mengalir dan langsung bersholawat karena teringat akhlak mulia Rosululloh S.A.W.

Part 2

Sebetulnya ada 2 kararkter yang ingin saya amati lebih dalam, namun karena film ini belum tuntas, masih ada part 2 yang belum ditayangkan, maka saya belum bisa membuat kesimpulan dari kedua karakter itu. Rangga dan Khan (Alex Abbad), dari keduanya, yang sama-sama muslim dan taat beragama, saya ingin melihat sejauh manakah kita masih layak menolerir hal-hal yang terkait dengan aqidah dan ibadah, serta sejauh manakah kita masih layak keukeuh terhadap hal-hal yang terkait dengan aqidah dan ibadah.

Jujur, saat film Ketika Cinta Bertasbih dibuat dalam 2 bagian, saya bete dan lebih memilih gak usah nonton filmnya di bioskop, karena sudah baca bukunya juga sih. Rasanya gak enjoy aja nonton film kok bersambung kaya' nonton sinetron. Tapi kali ini saya justru penasaran dan pengen cepat-cepat nonton 99 Cahaya di Langit Eropa part 2.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Selasa, 03 Desember 2013

Ya... Beginilah Hukum di Indonesia


Tulisan ini saya buat pada 15 April 2010, tidak lama setelah menyelesaikan KKNM (Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa), pagi tadi tidak sengaja saya temukan di Facebook dan rasanya masih layak untuk dibagi kepada teman-teman blogger.

Indonesia adalah negara hukum, tapi hukum dan keadilan di Indonesia sangat buruk. Ramai orang menghujat (kinerja) polisi, jaksa, hakim, dan pengacara. Patut diketahui bahwa menegakkan hukum bukan semata tugas aparat hukum, melainkan kewajiban seluruh elemen bangsa. Kesadaran hukum masyarakat turut andil dalam upaya penegakan hukum. Seberapa besarkah kesadaran hukum rakyat Indonesia?, sebuah pengamatan dan (anggaplah) oleh-oleh KKNM PPMD Integratif UnPad.

... ... ...
Dusun Wage, desa Bandorasa Kulon, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat. Desa yang agraris dengan 80% warganya berprofesi sebagai petani. Sawah-sawah luas membentang, para ibu mengolah ubi jalar ungu menjadi camilan khas Cilimus. Sayangnya, di desa ini tidak ada koperasi, sehingga para petani kesulitan pupuk dan pengairan, kebetulan desa ini terletak di kaki Gunung Ciremai tetapi tanahnya berpasir, para ibu juga mengalami kendala dalam memasarkan olahan ubi jalar ungu hasil kreatifitas mereka.

Setelah diobservasi, ternyata di desa ini sudah beberapa kali didirikan koperasi, namun selalu bubar karena penggelapan dana oleh pengurus, warga desa akhirnya kapok untuk mendirikan koperasi lagi. Beberapa orang mengumpulkan uang sebagai modal usaha bersama, tapi pada akhirnya bubar karena pembagian untung rugi yang menguntungkan satu pihak & merugikan pihak lain, maka muncul trauma bekerja sama.

Wanita yang menjadi buruh pabrik sering merasa tersiksa oleh kerja lembur dengan upah yang minim, diabaikannya keselamatan dan kesehatan pekerja (tidak ada cuti hamil, menyusui, haid, serta tunjangan kesehatan dan persalinan).

Saat ditawarkan penyuluhan hukum, responnya sangat "menakjubkan" : "Kami orang desa, cuma ngerti sawah & ladang, disuruh ronda malam aja susahnya minta ampun...."

Wah..wah..wah!!!, padahal penyuluhan hukum yang direncanakan itu sangat simple dan pastinya berbasis pada kebutuhan warga desa. Niat kami baik, mengenalkan aturan perkoperasian, mengajarkan membuat Surat Perjanjian agar kelak ketika mereka bekerja sama tidak ada lagi salah satu pihak yang dirugikan dan tidak mampu menuntut haknya. Sangat tidak mungkin jika kami mengajak warga desa untuk memelajari pasal-pasal di KUHP, BW, KUHD, atau UU lainnya. Lebih tidak mungkin lagi jika penyuluhan tersebut bertujuan untuk narsis dan mengibarkan bendera fakultas.
... ... ...

Ternyata, jangankan bicara kesadaran hukum, minat masyarakat terhadap hukum sangat rendah, alasannya mungkin karena hukum terlalu susah untuk dimengerti oleh orang awam, padahal hukum (aturan) tercipta karena adanya masyarakat, ubi societas ibi ius, kisah Robinson Crosseau & Mr. Friday yang populer di mata kuliah PIH (Pengantar Ilmu Hukum). Maka dari itu :
1. salah besar jika ada yang mengatakan "kuliah di FH itu mudah, hanya menghapal, tidak seperti kuliah di FK, FE, atau FMIPA yang banyak menghitung" sebab tanggung jawab moral para S.H. tidaklah ringan dalam mengawal tegaknya hukum di Indonesia
2. keadilan dan kebenaran sifatnya relatif, jangan mudah menilai dan berteriak "Ini salah!, itu gak benar!, kamu gak adil!"
3. sebelum menilai dan berkomentar tentang hukum, keadilan, dan aparat hukum di Indonesia, sebaiknya pelajari serta kenalilah hukum terlebih dahulu, jangan jadi komentator yang tidak berkompeten
4. patuhilah hukum karena hukum dibuat untuk dipatuhi, yang bilang "hukum dibuat untuk dilanggar" itu... (SORRY!!!) orang stress.

Tulisan ini hanya curahan ide ringan seorang calon S.H. (Aamiin!), tidak sempurna dan penuh kekurangan, tapi patut untuk direnungkan. Semoga yang membacanya diberkahi Tuhan Y.M.E. Aamiin....

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Senin, 25 November 2013

Berdo'a Dengan Cara Berbeda

Tulisan ini saya buat sebagai rasa terima kasih kepada Global Qurban Aksi Cepat Tanggap yang telah mengundang saya ke seminar One Minute Awareness (OMA) Nanang Qosim Yusuf, akrab disapa Naqoy, pada 9 November 2013 silam. Gak nyangka, Jum'at sore dapat SMS berisi undangan seminar, awalnya sempat pikir-pikir untuk ikut karena siapa tau besoknya ada yang mau ngajak weekend, setelah dipikir-pikir saya putuskan untuk menghadiri seminar gratis ini, toh lokasinya dekat dari rumah, di Menara 165, Cilandak.

Memang tak banyak yang Pak Naqoy sampaikan, mengingat waktunya sangat singkat, tapi sejak awal acara saya sudah terharu dengan perjuangan dan keprihatinan pembicara saat masih kuliah di UIN Syarif Hidayatullah. Pak Naqoy lahir sebagai anak seorang petani miskin di Brebes, merantau ke Jakarta untuk kuliah di UIN Ciputat, karena keterbatasan uang orang tuanya, Pak Naqoy tinggal di masjid dan menjadi marbot (penjaga) masjid hingga akhirnya lulus kuliah, menjadi dosen, dan sekarang menjadi motivator.

Formula 3S : sikap, sedekah, dan selalu afirmasi (berpikir dan berucap positif) menjadi andalannya. Sepintas memang cara ini terlihat agak berbeda, misalnya saat terlilit hutang kita justru harus bersyukur sambil berdo'a "Terima kasih ya Alloh!, hutangku lunas", atau saat kita sedih justru kita harus tersenyum dan berucap "Terima kasih ya Alloh!, saya bahagia".

Kemudian saya teringat pengalaman saat saya memberi baju kepada seorang kenalan. Saya tau baju itu agak kebesaran untuk dia, tapi tetap diterimanya dan dia berterima kasih kepada saya.

"Gak apa-apalah agak kegedean dikit, siapa tau sebentar lagi jadi gemuk," begitu katanya.

Saya senang dengan reaksinya, walaupun bajunya kebesaran tapi tetap diterima dan berterima kasih. Saya jadi gak bete berbagi sama dia dan kalau besok-besok ada kelebihan rejeki Insya Alloh bisa berbagi lagi dengan dia. Daripada sudah dikasih tapi masih juga complain, "Aduh!, bajunya kebesaran. Jadi kerjaan harus ngecilin ke tukang jahit deh". Tak disangka, tak lama setelah itu dia hamil, kebetulan dia sudah agak lama menikah dan menantikan momongan.

Itulah kelebihan bersyukur dan berterima kasih, sebagai manusia saja kita gak suka sama orang yang tidak tahu berterima kasih, padahal pemberian kita kadang tidak seberapa banyak, apalagi Tuhan yang sudah memberi begitu banyak kenikmatan dan kesenangan kepada makhlukNya.

Terkait sikap, saya punya cerita dari seorang kerabat dekat. Ceritanya waktu itu dia sedang tes seleksi karyawan di sebuah perusahaan ternama. Belum ada pengumuman hasil, dia sudah melakukan survey tentang rute angkutan umum dari rumahnya menuju calon kantornya, harga makanan-makanan di sekitar kantornya, sampai hunting tempat kost di sekitar sana.

Banyak orang meledeknya, "Pengumuman masih sebulan lagi udah hunting-hunting dari sekarang. Belum tentu juga lo keterima, secara ribuan orang yang apply di sana. Pede dahsyat deh lo!."

"Ya siap-siap aja, siapa tau keterima, kalaupun gak keterima ya minimal punya informasi tambahan," itu jawabannya. Ternyata dia diterima dan bekerja di perusahaan itu, otomatis dia sudah lebih siap dan familiar dengan lokasi sekitar kantornya, tinggal penyesuaian dengan lingkungan kerjanya.

Sekarang giliran saya untuk mempraktikkan dan membuktikan formula 3S Pak Naqoy. Sekali-sekali berusaha dan berdo'a dengan cara berbeda, barangkali hasilnya juga berbeda, lebih dari harapan kita.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Kamis, 14 November 2013

Hujan Itu ...

Baru jam segini tapi matahari udah redup-redup aja, seharusnya tengah hari begini nih matahari lagi terik-teriknya. Tambah sore bakal tambah mendung, langit makin gelap dan akhirnya hujan. Maklum bulan November, sudah masuk musim hujan, hampir tiap hari turun hujan. Kadang hanya gerimis, kadang hujan deras plus angin kencang dan genangan air yang bikin jalanan macet.

Inget-inget jaman kuliah dulu, pas kemana-mana masih naik kendaraan umum atau nebeng motor teman. Terasa banget repotnya bepergian kalau lagi hujan, apalagi kalau hujan besar. Turun dari angkot atau bis harus sigap buka payung yang always standby di dalam tas.

Suatu hari pas masih kuliah, kebetulan nebeng motor teman dan tiba-tiba hujan tumpah sangat deras dari langit, kita putuskan berteduh di halte sampai hujan agak reda. Sambil berteduh di halte, saya mendengarkan celotehan sesama pengguna sepeda motor yang sama-sama berteduh.

Di antara mereka ada yang bilang, "Hujan itu pertanda berkah, seiring turunnya hujan turun pula rejeki dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Pemurah."

Lalu ada yang menanggapi, "Tapi gara-gara hujan rencana bisa tertunda, bisa batal juga!. Ya contohnya sekarang ini, seharusnya kita udah sampai di tempat tujuan, tapi tertunda karena harus berteduh, nunggu hujan reda. Belum lagi macetnya, kalau habis hujan kan sering banjir dan ujung-ujungnya pasti macet."

Ada lagi yang nimbrung kasih komentar tentang hujan, "Hujan itu berkah, terutama buat tanah dan tanaman, tapi kadang hujan juga bawa musibah, misalnya banjir."

Saya hanya diam mendengarkan sembari (tanpa sengaja) mengumpulkan opini-opini tentang hujan.

Beberapa minggu yang lalu, saat saya on the way ke rumah, hujan baru gerimis lebat tapi air sudah mulai menggenang di jalanan. Alhasil, lalu lintas padat merayap, jadi 30 menit lebih lama untuk sampai ke rumah. Pas masuk komplek perumahan, hujan makin deras, angin kencang, petir menggelegar daaannn... air yang turun dari langit bercampur dengan serpihan-serpihan kecil es batu. Yup!, hujan es. Jarak pandang hanya sekitar 1 meter. Suara serpihan-serpihan kecil es batu yang beradu dengan atap dan kaca mobil saya juga lumayan dahsyat. Pohon-pohon tumbang menghalangi jalan, saya terpaksa berputar-putar di dalam komplek dan kesulitan mencapai rumah yang tinggal beberapa meter lagi. Mengerikan!!!.

Sambil berpayung, warga bergotong royong menyingkirkan pohon tumbang yang menghalangi jalan.

Beberapa hari setelah kejadian hujan es, saya agak parno setiap langit mulai mendung, apalagi kalau sedang di perjalanan. Khawatir banjir, macet, petir, pohon tumbang, atau hujan es lagi. Rasanya musim hujan kali ini cukup memberi efek tidak nyaman pada psikologis saya. Terlebih beberapa agenda penting terpaksa ditunda gara-gara hujan dan ada kejadian mobil tetangga yang rusak tertimpa pohon tumbang.

Pohon di halaman depan rumah ternyata tumbang juga diterjang angin.

Terngiang lagi opini-opini tentang hujan yang saya dapat secara tak sengaja saat berteduh di halte, jaman saya masih kuliah dulu. Hujan memang berkah, tapi makin lama dan kalau makin sering hujan itu bisa bawa musibah, minimal mengacaukan rencana yang sudah tertata. Hingga suatu ketika, saat hujan deras dan angin kencang datang lagi, saya terdampar di super market, tertahan oleh hujan.

Sambil menunggu jemputan dari rumah, saya lihat sekelompok bocah laki-laki yang melangkah dengan ceria di bawah amukan hujan angin, mereka sama sekali tidak takut gemuruh petir yang sambar menyambar apalagi takut basah.

"Payung, Kak?," salah seorang ojek payung menawarkan jasanya kepada saya, anak laki-laki kecil berseragam putih merah.

Karena iba, saya terima jasanya, sengaja saya minta supir untuk menunggu saja di parkiran, tidak usah menjemput saya sampai ke lobby. Saya rangkul bocah itu agar ikut berpayung bersama saya, kasihan badannya sudah basah kuyup.

Saya belajar dari ojek payung yang mengais rejeki saat hujan sore tadi.

"Rumah kamu dimana?," saya buka obrolan.

"Di deket sini, Kak!. Persis di belakang super market ini."

"Kelas berapa?."

"Kelas 3 SD, Kak."

"Kamu sering jadi ojek payung?."

"Sering, Kak!. Hampir setiap hujan, langsung ambil payung terus lari ke sini berlima bareng temen-temen."

"Disuruh orang tua?."

"Kemauan sendiri, buat tambah-tambah uang jajan," jawabnya polos.

"Kamu gak takut?."

"Takut apa, Kak?."

"Yaaa... takut petir, anginnya kenceng banget loowh!, takut sakit, kamu kan basah-basahan nih," pertanyaan saya dijawab oleh gelengan kepala si bocah ojek payung. Gelengan kepalanya mantap, semantap dirinya yang tidak takut petir, angin, basah, dan sakit.

"Justru kalo hujan tuh malah ada rejeki buat saya, Kak!. Hehehe...."

Entah kena angin apa, sebelum masuk ke mobil, saya berikan selembar uang berwarna biru, inilah pertama kalinya saya memberi uang dalam jumlah besar kepada orang lain yang bukan saudara atau orang tua saya, "Bagi-bagi sama temen-temennya ya!."

"Terima kasih, Kak!. Semoga Kakak tambah banyak rejeki."

"Aamiin!," spontan saya aminkan do'anya, semoga para malaikat juga mengaminkan do'a itu agar Tuhan mengabulkannya.

Saya menangkap kilatan bahagia dari sepasang bola mata bocah ojek payung tadi. Saya juga penasaran sama diri sendiri, biasanya lembaran I Gusti Ngurah Rai itu paling sering saya tukar dengan seporsi makanan dan minuman di kafe saat hang out sama teman-teman, atau dengan selembar tiket nonton film di bioskop, tapi kali ini saya tidak menyesal menukarnya dengan do'a tak terduga dari seorang anak laki-laki kecil yang pemberani dan mandiri.

Saya mendapat sebuah pelajaran dari hujan sore tadi. Melalui hujan, Tuhan Yang Maha Pemurah membagikan rizki kepada makhluk-makhlukNya, ya tanah, ya tanaman, ya manusia, semuanya. Tinggal kita yang harus pandai-pandai bersyukur.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Kamis, 31 Oktober 2013

Belajar dari Bidadari Surga



Hari ini, pagi-pagi baru melek mata sudah nonton infotainment, tapi gak nyesel juga karena beritanya tentang Umi Tatu (ibu almarhum Ustadz Jefri Al-Buchori) dan Umi Pipik (istri almarhum Ustadz Jefri Al-Buchori).

Diberitakan, Umi Tatu baru kembali ke tanah air setelah beribadah haji bersama Ustadz Fajar Sidiq (adik almarhum Ustadz Jefri Al-Buchori). Kemudian mereka sekeluarga nyekar ke makam Ustadz Jefri, di saat itulah, melalui awak media yang meliput, Umi Tatu menyampaikan klarifikasi seputar kisruh pemugaran makam Uje. Diliput juga Umi Pipik yang sowan ke rumah ibu mertuanya.

Kemarin-kemarin sempat heboh berita Umi Pipik vs keluarga Uje. Masalah pemugaran makam dan reaksi keras Ustadz Aswan yang berbicara di depan sorot kamera para pewarta dengan nada tinggi serta menyebut-nyebut Umi Pipik sebagai mantan istri almarhum Uje. Tidak tanggung-tanggung, kakak Uje ini membawa-bawa dalil agama sebagai pembenaran ucapannya. Reaksi tersebut banyak menuai komentar negatif, terutama di dunia maya, dan dianggap kurang layak dilakukan oleh seorang ustadz sebab bisa mendegradasi image pemuka agama Islam. Ustadz model begini nih yang nakutin, takut ngajarin takabur ke umat, padahal Rosululloh S.A.W tuh polite dan wise banget loowh. Syukurlah, Ustadz Aswan akhirnya menyampaikan permohonan maaf dan nampaknya berimbas baik pula, bagi citra diri sang ustadz dan hubungan kedua keluarga.

Yang bikin saya gak nyesel nonton infotainment kali ini adalah hikmah yang bisa saya petik dari liputan tersebut. Kebetulan, sejak kematian beliau, saya mengikuti setiap kabar tentang Ustadz Gaul ini. Saya belajar banyak dari sosok Umi Pipik.

Awalnya, Umi Pipik hanyalah istri dan ibu rumah tangga biasa, rutinitasnya kurang lebih ya mengurus suami, rumah, dan anak-anak, belakangan beliau membuka bisnis bersama istri Ustadz Solmed. Saat sang suami meninggal, awalnya beliau benar-benar sedih dan terpukul, tapi usai masa iddah, Umi Pipik mulai bangkit perlahan-lahan, meski duka dan kehilangan tak dapat disembunyikan di antara keikhlasan, kelembutan, dan kesabaran yang memancar dari jiwa serta parasnya yang cantik. Barangkali, keempat orang buah hatinya menjadi alasan terbesar agar dirinya tidak terpuruk berlarut-larut.

Sikap diamnya saat menghadapi berbagai persoalan sepeninggal Uje, termasuk gosip akan segera menikah lagi, merupakan pilihan yang tepat. Dalam diamnya, di setiap sujudnya, pasti banyak do'a yang dipanjatkan kepada Alloh S.W.T, sebenar-benarnya tempat semua manusia memohon segala sesuatu. Kepandaiannya menjaga tali silaturahim yang sempat menegang dengan keluarga almarhum suami juga diiringi dengan kerendahan hati, beliau menolak disebut penceramah karena merasa belum pantas dan syi'ar yang dilakukannya hanya sekedar sharing.

Sebagai saudara sesama muslim, saya do'akan semoga Umi Pipik berhasil membesarkan keempat buah hatinya hingga menjadi orang-orang besar layaknya Abi Uje.  Gak salah nih Uje pilih istri, bener-bener pas sama judul lagunya : Bidadari Surga.

Saya bersyukur nonton infotainment sepagi ini tapi gak sia-sia, ada hikmah berharga yang saya dapat dari peristiwa yang dialami oleh orang lain. Benar kata orang bijak, dari setiap keburukan dan kenestapaan seseorang yang kita ketahui, sesungguhnya kita berutang pelajaran berharga.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Selasa, 22 Oktober 2013

Escape Plan & Ethnography

Minggu, 20 Oktober 2013, kemarin saya hang out bareng teman-teman ke PIM. Awalnya cuma niat makan-makan, tapi pas lewat XXI dan melirik film-filmnya, jadi lanjut nonton di XXI PIM 2. Sebetulnya pengen banget nonton Manusia Setengah Salmon, berhubung yang lain ngajakin nonton Escape Plan ya jadinya saya nonton Escape Plan juga. Alhamdulillah filmnya bagus, sama sekali tidak mengecewakan, jadi gak bikin nyesel karena menunda nonton Manusia Setengah Salmon.

Setelah beradu akting dalam film The Expendables, Sylvester Stallone dan Arnold Schwarzenegger reunian lagi di film yang awalnya berjudul The Tomb ini, entah kenapa kok judulnya diganti. Selain 'si Rocky Balboa' dan 'si Terminator', Jim Caviezel, Faran Tahir, 50 Cent, Amy Rian, serta bintang-bintang ternama lainnya ikut berperan di film yang disutradarai Mikael Hafstrom. Banyak adegan kekerasan di film ini, ibu-ibu setengah baya yang duduk persis di samping saya saja berkali-kali menutup matanya dan memeluk pundak suaminya demi menghindari adegan kekerasan tersebut.

Escape Plan berkisah tentang Ray Breslin (diperankan oleh Sylvester Stallone), seorang ahli di bidang keamanan sekaligus arsitek penjara yang brillian dan terkemuka, pekerjaannya adalah keluar masuk penjara sebagai seorang napi kemudian meloloskan diri untuk menguji seberapa ketat tingkat keamanan dan penjagaan di penjara tersebut. Hebatnya, saat berada di dalam penjara, Breslin, yang gemar mengamati rutinitas para sipir dan detail bangunan penjara, nampak layaknya seorang napi biasa, tak seorangpun sipir dan petugas penjara yang mengetahui bahwa sebetulnya Breslin adalah seorang analisator ulung yang menyusup untuk menganalisa kelemahan-kelemahan sistem keamanan dan penjagaan di penjara tersebut. Sempat terlintas di pikiran saya, andaikan Breslin 'diundang' ke Indonesia untuk menganalisa kelemahan-kelemahan sistem keamanan dan penjagaan di penjara-penjara Indonesia, pasti keren banget!. 

Hingga suatu ketika, Breslin menerima tawaran dari seorang agen CIA untuk menguji tingkat keamanan dan penjagaan sebuah penjara rahasia. Sayangnya, Breslin dijebak dan dijebloskan di penjara rahasia tersebut. Di penjara rahasia yang sistem keamanan dan penjagaannya super duper ketat sekaligus kejam itulah Breslin berkenalan dengan Emil Rottmayer (diperankan oleh Arnold Schwarzenegger), kemudian mereka bekerja sama meloloskan diri. Menjelang akhir film, diketahui ternyata penjara rahasia itu dibangun berdasarkan catatan-catatan hasil analisa Breslin yang dibukukan.

Kejelian Breslin dalam mengamati rutinitas para sipir dan detail bangunan penjara hingga ke lekuk-lekuk terkecil berhasil memukau penonton. Sekumpulan napi asal Timur Tengah yang beragama Islam, diperlihatkan sedang sholat berjama'ah dan mengucapkan Assalamu'alaikum, membuat pikiran saya berasosiasi bahwa penjara rahasia tersebut serupa dengan Guantanamo.
ESCAPE PLAN

Ethnography

Apa itu ethnography?. Mungkin belum banyak yang mengetahuinya. Ethnography, lahir dari antropologi dan sangat sering diterapkan dalam riset ilmu-ilmu sosial, adalah sebuah metode penelitian kualitatif dimana si peneliti (ethnographer) harus tinggal dan hidup bersama-sama dengan objek penelitian dalam waktu tertentu. Ethnography pada awalnya digunakan para antropolog untuk meneliti kebudayaan dan pola kehidupan suku-suku terasing yang hidup di pedalaman. Waktu yang dihabiskan untuk sebuah ethnography terbilang cukup lama jika dibandingkan dengan proses pengumpulan data pada penelitian kuantitatif (statistik, kuesioner, dll), kadang hingga bertahun-tahun, ini dibutuhkan untuk membangun kedekatan antara ethnographer dengan objek penelitiannya. Selain itu, ethnographer juga wajib terjun langsung ke dalam area objek penelitiannya. Jika sudah terjalin keakraban antara ethnographer dan objek penelitiannya, maka ethnographer dapat melakukan penelitian secara holistik, mendalam, serta detail. Jika sudah tidak ada kecanggungan antara ethnographer dan objek penelitiannya (biasanya manusia), maka hasil pengamatan yang didapat akan lebih natural dan akurat.

Saat ini, ethnography sudah diterapkan di berbagai bidang, misalnya ethnography marketing dan ethnography komunikasi. Apa enaknya menjadi seorang ethnographer?. Menurut saya, yang kebetulan senang main detektif-detektifan sejak masih bocah, ethnographer itu setengah detektif sebab harus mampu menyamar dan menguak hal-hal baru yang belum diketahui banyak orang, tentunya hal-hal baru tersebut harus akurat dan sanggup membuat orang lain tercengang sambil bilang "Wow!".

Ray Breslin = Ethnographer

Selesai nonton, masih di PIM sambil menikmati setangkup sandwich tuna hangat nan lezat Tous les Jours, saya mulai 'mereview' film yang barusan saya tonton. Menurut saya, Ray Breslin dapat dikatakan sebagai seorang ethnographer. Dengan wawasan yang begitu luas mengenai seluk beluk penjara serta kemampuan mengamati yang begitu tajam, Breslin sengaja keluar masuk bui berkali-kali untuk mengamati langsung rutinitas para sipir, rutinitas para napi, detail bangunan penjara sampai ke lekuk-lekuk terkecil, hingga sistem keamanan dan penjagaannya. Secara tidak langsung, film Escape Plan juga mengulas tentang ethnography.

Terlepas dari ethnography, film ini sangat layak ditonton oleh penggemar film action dengan catatan tanpa membawa anak kecil. Seru abiiizzz!!!.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Passion, Konsistensi, dan Kegigihan*



Sering iri lihat teman-teman yang kerjanya berdasarkan passion, kelihatannya enjoy banget. Contohnya, teman saya yang hobi fotografi sejak SMP sekarang berprofesi sebagai fotografer, setiap kerja wajahnya selalu bahagia karena melakukan apa yang dia sukai.

Sering iri juga lihat teman-teman yang jadi wirausahawan, jam kerjanya fleksibel. Di saat orang-orang, termasuk saya, dikejar-kejar waktu dan berdesak-desakan di bis setiap berangkat dan pulang kerja, rutin dari Senin sampai Jum'at, teman-teman wirausahawan leluasa menentukan waktu bekerja mereka.

Tak terasa tantangan ngeblog 30 hari nonstop sudah memasuki hari ke-22, artinya sudah 3 minggu terakhir ini saya mencoba menjadi seorang penulis, profesi yang katanya santai, bekerja tanpa batas ruang dan waktu. Kebetulan saya sangat suka menulis. Sudah hampir sebulan ini, saya juga mulai berani mencoba menjadi seorang wirausahawan.

Di awal-awal, saya merasa sangat bersemangat, tapi di pertengahan saya sempat mengalami penurunan semangat. Setiap hari harus punya ide untuk membuat tulisan, harus punya waktu khusus untuk menulis, setiap posting pasti harus bersabar menghadapi koneksi internet, deg-degan saat kepepet deadline (hampir jam 24.00 tapi belum berhasil posting) berulang kali terjadi, sudah posting dan berharap tulisan terpilih menjadi headline taapiii...sampai saat ini belum ada satupun tulisan saya yang terpilih menjadi headline.

Beberapa hari yang lalu, sempat nongkrong bareng teman saya yang jadi fotografer dan yang punya usaha sablon kaos. Di sinilah kita baru sempat ngobrol mendalam soal bekerja sesuai passion dan berwirausaha. Sebenarnya kita hanya bertukar cerita tentang profesi masing-masing, namun saya merasa mendapat petuah dari mereka berdua.

Bekerja sesuai passion, siapapun bisa. Tinggal kenali dan tentukan apa passion kita, kemudian mulailah!. Semua nampak menyenangkan, tapi passion saja belum cukup untuk meraih sukses, konsistensi dan kegigihan sangat dibutuhkan. Bukan tak mungkin dalam pekerjaan yang sesuai passion tersebut kita harus menghadapi rintangan, di saat inilah konsistensi dan kegigihan berperan penting.

Lain lagi dengan petuah dari teman yang jadi wirausahawan. Menurutnya, berwirausaha itu bagaikan menjadi petani, menanam hari ini dan panen berbulan-bulan kemudian, itupun dengan syarat jika kita rajin dan pintar merawat padi-padi kita, termasuk menjaganya dari serangan hama. Layaknya petani sungguhan, wirausahawan juga dihadapkan pada risiko gagal panen dan mengalami paceklik.

Apa yang saya dapat dari pengalaman selama 3 minggu menjadi penulis?, mungkin belum banyak, tapi saya memahami bahwa menjadi penulis tidak sesantai yang dibayangkan. Lomba ngeblog 30 hari nonstop ini mengajarkan saya untuk disiplin dalam menulis, rajin menulis, fokus dan konsisten menulis. Mampu menulis tanpa batasan ruang dan waktu itu juga butuh latihan, penulis profesional tidak bekerja suka-suka.

Saya beruntung ngobrol-ngobrol sama mereka, beruntung juga karena ikut lomba 30 hari nonstop ngeblog.

*tulisan ini pernah diposting di http://iamintannisa.blogdetik.com/ , lomba 30 Hari Non Stop Ngeblog

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Senin, 21 Oktober 2013

Sama Kamu, Apa Untungnya?*



Temenan sama kamu… Apa untungnya?.
Pacaran sama kamu… Apa untungnya?.
Nikah sama kamu… Apa untungnya?.


Pertanyaan-pertanyaan barusan terdengar agak menyebalkan. Kalau yang bertanya seorang cewek, besar kemungkinan bakal mendapat cap cewek matre. Kenapa sih sebuah relationship harus dilihat dari untung dan rugi?. Bukankah pertemanan, cinta kasih, dan ikatan pernikahan seharusnya dilandaskan pada ketulusan?, bukan kebendaan. Untung rugi, kok kesannya seperti orang berjualan.
 
Coba kita ingat-ingat nasehat orang tua, mungkin sering dinasehatkan kepada kita dulu. Hati-hati memilih teman. Berteman dengan tukang parfum, ikut mendapat bau wanginya. Berteman dengan tukang ikan, bisa kecipratan bau amisnya. Mohon maaf!, tidak bermaksud membeda-bedakan jenis pekerjaan. 

Sekarang coba kita renungkan, nasehat orang tua kita dahulu dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyebalkan tadi. Semakin kita dewasa, tentunya semakin bijak kita menerjemahkan setiap kata. Dalam berteman, kita diperbolehkan memilih. Arti kata memilih di sini dapat diartikan secara luas, namun arti yang paling bijak adalah memilah teman manakah yang bisa membawa pengaruh positif pada diri kita, bukan yang justru merusak.

Sindentosca aja bilang : “persahabatan bagai kepompong, merubah ulat menjadi kupu-kupu”, bermakna bahwa persahabatan yang baik dapat mengubah seseorang yang biasa (diibaratkan dengan ulat) menjadi lebih baik (diibaratkan dengan kupu-kupu). Lagu yang kedengarannya simpel dan easy listening tapi sebetulnya bermakna sangat dalam dan luas. 

Ada yang kenal istilah co-branding?. Istilah ini sangat populer di dunia marketing dan branding. Arti co-branding, secara garis besar, ialah bergabungnya lebih dari satu brand yang bertujuan untuk menaikkan image (citra) brand, saling melengkapi, dan menaikkan daya jual. Jika diformulasikan ke dalam rumus matematika, 1 + 1 = minimal 3, itu baru co-branding yang menguntungkan kedua belah pihak. Perlu diketahui bahwa brand tidak terbatas pada merek, diri kita sendiri juga merupakan sebuah brand atau yang dikenal dengan personal branding.

Disadari atau tidak, saat kita memutuskan berteman dengan seseorang, maka kita berco-branding dengan orang tersebut. Suka atau tidak, saat kita memutuskan berpacaran dengan seseorang, maka kita berco-branding dengannya. Begitupun dengan pernikahan. Maka tak jarang ada bisik-bisik, “Eh!, si Fulan tuh anak bandel loowh… Buktinya temen-temennya pada hobi nyontek, cabut, ngerokok, minum”. Atau ketika ada perempuan baik-baik berpacaran dengan seorang playboy, “Kok mau ya pacaran sama si Anu, dia kan playboy kelas kambing, hobinya mainin cewek, jaangaan-jangaaan…ceweknya juga bersedia dimain-mainin”. Saat gadis remaja bersedia menikah dengan lelaki hampir paruh baya yang berlimpah harta dan berdarah biru pula, lantas di pesta pernikahannya sayup-sayup terdengar, “Jelas aja mau nikah sama Pak Tua itu, biar tua tapi tajir, pengen ngangkat status juga tuh biar ikut-ikutan ningrat”.

Banyak co-branding lain yang bersifat positif dan juga berdampak positif. Selamat memilah dan memilih teman, rekan kerja, klien, pacar, suami, istri, atau siapapun yang akan mengiringi langkah kita dengan sebijak mungkin. Namun pada hakikatnya, semua manusia sama derajatnya di mata Tuhan.

*tulisan ini pernah diposting di http://iamintannisa.blogdetik.com/ , lomba 30 Hari Non Stop Ngeblog

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf