Sering iri lihat teman-teman yang
kerjanya berdasarkan passion, kelihatannya enjoy banget. Contohnya, teman saya
yang hobi fotografi sejak SMP sekarang berprofesi sebagai fotografer, setiap
kerja wajahnya selalu bahagia karena melakukan apa yang dia sukai.
Sering iri juga lihat teman-teman
yang jadi wirausahawan, jam kerjanya fleksibel. Di saat orang-orang, termasuk
saya, dikejar-kejar waktu dan berdesak-desakan di bis setiap berangkat dan
pulang kerja, rutin dari Senin sampai Jum'at, teman-teman wirausahawan leluasa
menentukan waktu bekerja mereka.
Tak terasa tantangan ngeblog 30 hari nonstop sudah memasuki hari ke-22, artinya sudah 3 minggu terakhir ini
saya mencoba menjadi seorang penulis, profesi yang katanya santai, bekerja
tanpa batas ruang dan waktu. Kebetulan saya sangat suka menulis. Sudah hampir
sebulan ini, saya juga mulai berani mencoba menjadi seorang wirausahawan.
Di awal-awal, saya merasa sangat
bersemangat, tapi di pertengahan saya sempat mengalami penurunan semangat.
Setiap hari harus punya ide untuk membuat tulisan, harus punya waktu khusus
untuk menulis, setiap posting pasti harus bersabar menghadapi koneksi internet,
deg-degan saat kepepet deadline (hampir jam 24.00 tapi belum berhasil posting) berulang
kali terjadi, sudah posting dan berharap tulisan terpilih menjadi headline
taapiii...sampai saat ini belum ada satupun tulisan saya yang terpilih menjadi
headline.
Beberapa hari yang lalu, sempat
nongkrong bareng teman saya yang jadi fotografer dan yang punya usaha sablon
kaos. Di sinilah kita baru sempat ngobrol mendalam soal bekerja sesuai passion
dan berwirausaha. Sebenarnya kita hanya bertukar cerita tentang profesi
masing-masing, namun saya merasa mendapat petuah dari mereka berdua.
Bekerja sesuai passion, siapapun
bisa. Tinggal kenali dan tentukan apa passion kita, kemudian mulailah!. Semua
nampak menyenangkan, tapi passion saja belum cukup untuk meraih sukses,
konsistensi dan kegigihan sangat dibutuhkan. Bukan tak mungkin dalam pekerjaan
yang sesuai passion tersebut kita harus menghadapi rintangan, di saat inilah
konsistensi dan kegigihan berperan penting.
Lain lagi dengan petuah dari
teman yang jadi wirausahawan. Menurutnya, berwirausaha itu bagaikan menjadi
petani, menanam hari ini dan panen berbulan-bulan kemudian, itupun dengan
syarat jika kita rajin dan pintar merawat padi-padi kita, termasuk menjaganya
dari serangan hama. Layaknya petani sungguhan, wirausahawan juga dihadapkan
pada risiko gagal panen dan mengalami paceklik.
Apa yang saya dapat dari
pengalaman selama 3 minggu menjadi penulis?, mungkin belum banyak, tapi saya
memahami bahwa menjadi penulis tidak sesantai yang dibayangkan. Lomba ngeblog
30 hari nonstop ini mengajarkan saya untuk disiplin dalam menulis, rajin
menulis, fokus dan konsisten menulis. Mampu menulis tanpa batasan ruang dan
waktu itu juga butuh latihan, penulis profesional tidak bekerja suka-suka.
Saya beruntung ngobrol-ngobrol
sama mereka, beruntung juga karena ikut lomba 30 hari nonstop ngeblog.
*tulisan ini pernah diposting di http://iamintannisa.blogdetik.com/ , lomba 30 Hari Non Stop Ngeblog
tulisan ini memuat kisah yang menginspirasi :)
BalasHapussalam
Terima kasih Mas Jarwadi. Senang bisa berbagi kebaikan lewat tulisan :-D
Hapuswah keren juga artikelnya mbak..
BalasHapusselumnya saya membaca passion di blog mas jarwadi, sekarang lagi baca artikl di blog curhat cerdas..
sangat menginspirasi ...
Terima kasih Mas Sutopo. Mudah-mudahan kita bisa sering-sering berbagi inspirasi ya, Mas.
Hapus