Selasa, 31 Desember 2013

6 Tahap Pemutus Rantai Gajah

Membaca Rantai Gajah, tulisan Pak Darmawan Aji yang di posting di www.darmawanaji.com, saya terusik oleh 3 baris terakhir : "Gajah itu terbelenggu, bukan terbelenggu oleh rantainya, namun terbelenggu oleh pikirannya sendiri sehingga ia tak mampu membebaskan potensinya sendiri. Bagaimana dengan kita kawan?". Kalimat tanya yang menutup tulisan itu juga membuat saya mengoreksi diri, masih adakah mental block dalam diri saya?. 

Pak Darmawan Aji adalah orang pertama yang mengajarkan saya tentang hipnosis. Kalau tidak salah, September 2009 silam merupakan pertemuan pertama saya dengan beliau. Waktu itu saya masih mahasiswa Universitas Padjadjaran, suatu hari saya mencoba mengisi waktu luang dengan ikut seminar tentang self hypnosis di ComLabs ITB dan beliaulah pembicaranya, itulah pertama kalinya saya mengenal hipnosis secara ilmiah.

6 Tahap

Belum lama ini saya mengalami sebuah pengalaman dalam hidup saya, pengalaman itu berkaitan dengan rantai gajah atau belenggu potensi diri alias mental block, pengalaman itu adalah serangkaian tes seleksi karyawan Kompas Gramedia. Seleksi yang sudah pernah saya ikuti pada tahun 2011, beberapa bulan saja setelah saya wisuda, dan saya gagal di tes tahap 1 padahal saya berharap besar saat itu, maklum fresh graduate yang masih jobless pasti dihujani pertanyaan dan tuntutan seputar pekerjaan.

Dimulai dari tanggal 22 November 2013, walk in interview. Saya sampai di kantor Kompas Gramedia sekitar pukul 08.30 WIB, sudah dapat nomer antrian 240-an. Prosesnya sangat cepat, interview dilakukan per term, masing-masing 1 jam, kemudian langsung diumumkan siapa yang lolos per term setiap 1 jam sekali. Alhamdulillah saya lolos walk in interview. What's next?, tes tahap 2 dan 3 yaitu psikotes dan kawan-kawannya. Kapan?, keesokan harinya!. Alangkah tidak siapnya saya, sangat tidak menyangka. Rupanya seleksi ini juga diselenggarakan di 5 kota lainnya (Surabaya, Bandung, Yogyakarta, 2 kota lainnya saya lupa) dan Jakarta adalah kota terakhir sehingga psikotes dilaksanakan langsung keesokan harinya.

Tanggal 23 November 2013, tes tahap 2 dan 3 berlangsung seharian penuh, mulai pukul 08.00 hingga pukul 18.00 WIB. Psikotes dilaksanakan hingga pukul 11.00, kemudian istirahat makan siang dan sholat dzuhur. Pukul 14.00 langsung diumumkan siapa yang lulus psikotes dan Alhamdulillah saya lulus. What's next?, tes tahap 3 yaitu FGD (Focus Group Discussion) yang dinilai oleh seorang psikolog, tes melanjutkan gambar (War Teg Test), tes menggambar pohon dan orang, serta tes berhitung (Pauli - Kraepelin Test) berlangsung hingga pukul 18.00 WIB. Pada tes tahap 2 dan 3 ini, peserta-peserta dari 5 kota lainnya berkumpul di Jakarta. Alhamdulillah saya lulus FGD, War Teg Test, tes menggambar pohon dan orang, serta Pauli - Kraepelin Test. Pengumuman kelulusan saya terima via email seminggu setelah tes.

Kemudian tanggal 6 dan 11 Desember, tes tahap 4 dan 5, masing-masing adalah Project Team Interview dan Interview User. Project Team Interview adalah wawancara yang dilakukan oleh HR dari kantor pusat, sedangkan Interview User adalah wawancara yang dilakukan oleh HR Manager Unit, di unit itulah nanti kita ditempatkan. Alhamdulillah saya juga lulus kedua tahap tes tersebut. Daaaaaannn...tes terakhir yang menurut saya paling membuat deg-degan adalah Medical Check Up. Jujur saja, sudah lama sekali saya tidak berolah raga (kecuali jalan kaki) dan tidak berpola hidup sehat. Medical Check Up cukup lengkap, mulai dari cek darah puasa dan cek darah setelah puasa, rontgen paru-paru, cek urin, tes pendengaran, tes penglihatan, tes buta warna, EKG, cek tensi dan denyut nadi, serta cek fisik dari ujung kepala hingga ujung kaki termasuk cek payudara (bagi perempuan), cek hernia (bagi laki-laki), dan cek wasir (ambeien) di anus.

Alhamdulillah saya lulus juga Medical Check Up ini dan akhirnya saya diterima sebagai karyawan di Kompas Gramedia. Ooops...tunggu dulu!, tes belum berakhir. Masih ada training selama 11 bulan dengan 2 tahap evaluasi dan berlaku sistem gugur. Setelah training barulah diangkat menjadi karyawan tetap dengan ikatan dinas 1 tahun.

Kalau selama ini saya mendengar nasehat : "Manusia ditakdirkan untuk berkompetisi. Sebelum jadi manusia saja sudah harus berkompetisi. Hanya 1 dari jutaan sperma yang dapat membuahi sel telur, kemudian bertahan 9 bulan di kandungan, berjuang saat proses kelahiran, perjuangan panjang saat di dunia, dan semuanya baru berakhir ketika mati. Itulah saat kita mempertanggungjawabkan semua kesempatan indah yang Tuhan berikan", melalui 6 tahap inilah saya alami langsung serangkaian panjang seleksi ketat dan cepat demi sebuah kesempatan berkarir di perusahaan besar dan ternama yang telah berdiri sejak 1963. Bukan hanya itu, 6 tahap inilah yang berhasil memutus rantai gajah atau mental block dalam diri saya.

Rantai Gajah yang Membelenggu

Berdasarkan pengalaman berkali-kali gagal seleksi masuk perusahaan besar dan ternama, seperti Telkom, Bank Mandiri, BNI, Pertamina, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan yang lainnya yang saya tidak ingat saking keseringan...hehehe..., terbentuklah persepsi dalam benak saya bahwa saya tidak akan pernah bisa diterima apalagi bekerja di perusahaan-perusahaan besar dan ternama. Bahkan saya sering menghindari open recruitment perusahaan-perusahaan besar dan ternama tersebut, daripada kecewa untuk kesekian ratus kalinya.

Mirip seperti gajah yang dirantai sejak kecil, baru saya sadari sekarang bahwa dulu saya hanyalah seorang fresh graduate yang belum punya pengalaman kerja, saya juga jarang bergabung dalam kepanitiaan dan organisasi-organisasi kemahasiswaan, menjawab pertanyaan interviewer dengan terbata-bata karena minimnya wawasan. Saat ini, setelah 1 tahun bekerja ke sana-sini dan 1 tahun menetap di brand consultant, saya sudah jauh lebih kaya dengan pengalaman kerja, pengalaman berinteraksi dengan klien, kemampuan berbicara di hadapan banyak orang, menjawab pertanyaan dengan baik dan benar, serta presentasi memukau juga meningkat. Alhamdulillah 6 tahap inilah yang berhasil memutus rantai gajah, menghancurkan mental block, sebab secara langsung saya membuktikan bahwa saya bisa!.

Tentunya, kesuksesan awal ini tidaklah saya raih sendiri. Banyak dukungan dan do'a yang membantu menguatkan serta melancarkan. Saya sembahkan syukur kepada Alloh S.W.T, saya haturkan terima kasih kepada kedua orang tua, keluarga besar, sahabat-sahabat, teman-teman, dan semua orang yang ikut mendo'akan saya.

Untuk para pembaca, jangan ragu untuk terus mencoba, jangan pasrah dengan belenggu apapun yang merantai diri. Kadang tanpa sadar, kita sudah cukup kuat dan sangat mampu untuk melepaskan belenggu tersebut, hanya kita belum cukup berani untuk melakukannya. Entah masih berapa banyak mental block yang ada di diri saya, tapi Alhamdulillah 1 belenggu sudah terlepas. Terima kasih, Pak Darmawan Aji!.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Selasa, 10 Desember 2013

Apa (Sebenarnya) Guna Kondom?

Ribut-ribut soal Pekan Kondom Nasional, pro dan kontra bagi-bagi kondom gratis dalam rangka kampanye pencegahan HIV/AIDS, 'pemberian gelar' Ratu Kondom dan Menteri Cabul untuk Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, hingga beragam respon penolakan dari berbagai tokoh publik. Sebagai bukti, Anjari Umarjianto alias Eyang Anjarisme merangkum beragam respon penolakan dari tokoh-tokoh publik tersebut dalam sebuah postingan berjudul "Kondom dan Cermin Masyarakat Gagal Paham serta Buruknya Komunikasi Publik" di blognya.

 
Bis merah bergambar Jupe, salah satu media kampanye Pekan Kondom Nasional.
'Pemberian gelar' untuk Menkes Nafsiah Mboi, wujud perlawanan yang beredar di dunia maya.
Sadar atau tidak, cara pencegahan HIV/AIDS yang paling populer karena paling sering dikampanyekan adalah dengan pemakaian kondom. Sadar atau tidak, cara ini kurang sesuai dengan budaya dan norma-norma di Indonesia. Sadar atau tidak, selama ini telah terjadi salah kaprah massal tentang guna kondom dan cara pencegahan HIV/AIDS.

Pakai kondom, aman dari HIV/AIDS.
Cegah HIV/AIDS dengan kondom.
Kita, orang Indonesia, tidak butuh kondom untuk mencegah HIV/AIDS. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, coba cek di Al-Qur'an!, ada Surat Al-Isroo' ayat 32 : "wa laa taqrobuuzzinaa, innahu kaana faahisyatan wa saa-asabiilan" yang artinya "Dan janganlah kalian mendekati zina!, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk". Baru mendekati saja sudah dilarang apalagi melakukan, alasannya sangat jelas karena zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Penyakit kelamin, seperti HIV/AIDS sendiri misalnya, dan aborsi merupakan contoh dampak buruk zina yang paling nyata dan paling mudah dijumpai.

"Dosa gak bejendol, Bro!. Santai aja!, diem-diem aja, suka sama suka, gak ada yang tau". Dosa memang gak bejendol tapi hamil kan bejendol. Buat melenyapkan barang bukti (jendolan) terpaksa pilih aborsi sebagai jalan pintas yang cepat dan dianggap 'aman'. Please deh!!!, aman jangka pendek, berbahaya dan berpotensi sengsara jangka panjang. Kalau aborsi gagal, nyawa jadi taruhan, atau bayi lahir tapi dalam kondisi cacat. Kalau aborsi berhasil, ada kemungkinan bahaya pada rahim atau susah hamil kembali di kemudian hari. Itu risiko buat cewek, apa risiko buat cowok?. Tetap ada. Penyakit kelamin itu (baru) siksaan di dunia, tapi imbasnya (sudah) kemana-mana. Bisa nular ke istri, bisa nular ke anak.

Bagaimana dengan yang non muslim?, seperti yang kita ketahui sejak masih duduk di bangku SD bahwa di Indonesia ada 5 agama yang diakui yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha, entah sekarang masih tetap 5 atau sudah bertambah jumlahnya. Saya tidak sempat menelusuri apakah di dalam kitab suci agama-agama tersebut juga terdapat larangan berzina atau tidak, tapi kita semua paham serta yakin bahwa setiap agama mengajarkan dan menyerukan kebaikan kepada umatnya. Lagi pula, budaya dan norma yang berlaku di Indonesia adalah budaya dan norma timur. Proses menuju sebuah pernikahan saja ada tahapan-tahapannya, misalnya lamaran, pengajuan syarat-syarat dari keluarga calon mempelai, seserahan, mahar, pingitan, dan lain-lain, hingga sampai ke tahap ijab kabul atau pengucapan janji pernikahan oleh pengantin. Sudah ijab kabul dan tinggal resepsi saja kadang-kadang masih ada beberapa prosesi untuk kedua mempelai bisa sampai dan menduduki kursi pelaminan. Tidak asal tabrak setelah kenalan dan ngobrol-ngobrol beberapa jam saja.

Jadi, apa (sebenarnya) guna kondom?. Guna kondom di Indonesia, yang paling efektif dan paling pas dengan budaya serta norma-norma, adalah untuk mengurangi jumlah pertambahan penduduk alias KB (Keluarga Berencana). Sekedar saran, semoga diterima dan dilaksanakan, ubahlah pilihan kata yang digunakan dalam kampanye pencegahan HIV/AIDS. Akhirilah salah kaprah massal tentang guna kondom dan cara pencegahan HIV/AIDS!.

Jauhi zina!. Tidak berhubungan seks selain dengan suami / istri.

STOP PERGAULAN BEBAS!. Ya tertular penyakit, ya dosa.

Ubah pilihan kata. Akhiri salah kaprah massal tentang guna kondom dan cara pencegahan HIV/AIDS!.























- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Minggu, 08 Desember 2013

99 Cahaya di Langit Eropa : Meraih Jutaan Makna Islam dari Negeri Orang

99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
Hanum Salsabiela Rais, putri Amien Rais, politisi sekaligus pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) yang pernah menjabat Ketua MPR periode 1999-2004, mengabadikan pengalaman berharganya saat mendampingi suami tercinta, Rangga Almahendra, kuliah S3 di Wina, Austria. Buku best seller itupun diangkat ke layar lebar oleh Maxima Pictures, disutradarai Guntur Soeharjanto.

Hanum, yang berprofesi sebagai jurnalis dan presenter, diperankan oleh Acha Septriasa, sementara Rangga diperankan oleh Abimana Aryasatya. Layaknya pasangan suami istri yang merantau ke negeri orang, di awal-awal masa perantauan terasa membahagiakan, melihat-lihat pemandangan dan tempat-tempat yang belum pernah dilihat atau bahkan tidak ada di Indonesia. Setelah beberapa bulan berlalu, mulailah terasa rindu pada tanah air. Tak disangka, di negeri inilah Hanum dan Rangga meraih jutaan makna Islam.

Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

Kesan pertama yang saya dapat dari film 99 Cahaya di Langit Eropa adalah susahnya orang Islam yang menjadi kaum minoritas di Eropa. Mulai dari mencari makanan halal, anak perempuan yang dibully oleh teman sekelasnya karena menggunakan jilbab, menghadapi persepsi orang (non muslim) terhadap syari'at Islam, hingga minimnya keleluasaan menunaikan sholat sedangkan Islam adalah agama dengan intensitas ibadah yang tinggi : sholat wajib 5 waktu dalam sehari serta sholat Jum'at bagi laki-laki. Kesan pertama itu sekaligus menyentil saya, betapa beruntungnya saya sebagai muslimah di Indonesia. Saya jadi malu sendiri, di Indonesia tidak dibully jika berjilbab, bahkan jilbab masa kini sangat fashionable dan semakin mempercantik para muslimah, tapi saya malah belum berjilbab. Kalau jalan-jalan ke mall, gak bakalan susah cari musholla, beberapa mall bahkan sudah mengupgrade kebersihan dan kenyamanan mushollanya, tapi saya masih sering menunda sholat dengan berbagai alasan : lebih enak sholat di rumah, tapi biasanya sih karena keasyikan shopping sampai lupa waktu sholat.

Kara Mustafa Pasha dan Agen Muslim Berakhlak Rosululloh S.A.W.

Sejarah mencatat, Kesultanan Utsmaniyah dari Turki (Turki Ottoman) pernah mencapai puncak kejayaannya setelah menaklukkan Konstantinopel pada 1453. Turki Ottoman merupakan kesultanan dengan kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Turki Ottoman terus memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke seluruh Eropa dan Afrika Utara. Sayangnya, pada 1683, Kara Mustafa Pasha dan 150.000 orang pasukannya gagal melakukan ekspansi ke Wina, Austria. Orang-orang Wina menganggap Kara Mustafa Pasha dan pasukannya sebagai penjahat, dari peristiwa ini jugalah timbul benih-benih kebencian terhadap Turki. Pada abad 19, kekuatan dan kekuasaan Turki Ottoman mulai terkikis hingga akhirnya runtuh di abad 20.

Dari asal-usul croissant, Hanum, Fatma, dan Ayse mengajak penonton menjadi agen muslim yang berakhlak Rosululloh.
Selain indahnya Wina, aura romantis Menara Eiffel di Paris, serta bukti-bukti kejayaan Islam yang tersembunyi di balik benda-benda bersejarah yang tersimpan di Museum Louvre, ada sebuah adegan yang paling memesona sekaligus menggetarkan hati saya. Saat Hanum bersama Fatma (Raline Shah), imigran Turki yang dikenal Hanum di kursus gratis bahasa Jerman, dan Ayse (Geccha Tavvara), putri Fatma, sedang makan di sebuah kafe. Tanpa sengaja Hanum mendengar percakapan dua orang laki-laki yang sedang membahas asal-usul croissant, konon kabarnya croissant sengaja dibuat berbentuk bulan sabit, serupa dengan gambar di bendera Turki. Jadi pada saat orang-orang Wina menggigit croissant, mereka merasa seolah-seolah sedang melumat bangsa dan negara Turki.

Hanum naik pitam setelah mendengar percakapan tersebut, namun Fatma punya cara berbeda. Dia justru membayar tagihan kedua laki-laki tadi kemudian meninggalkan secarik kertas yang berisi alamat emailnya dan pesan bahwa dirinya adalah seorang muslim yang berasal dari Turki. Kedua laki-laki tadi jadi tidak enak hati dan mengirimkan permintaan maaf via email.

Fatma, yang selalu mengajak setiap orang Islam yang dikenalnya untuk menjadi agen muslim, meneladani sikap bijak dan sangat terpuji Rosululloh S.A.W dalam menyikapi orang lain yang menghina agama Islam. Tindakannya sangat elegan saat membalas keburukan dengan kebaikan. Sebuah scene yang menampakkan salah satu dari ribuan sisi baik Rosululloh dan ajaran Islam yang dibawaNya, sebuah scene yang membuat air mata saya mengalir dan langsung bersholawat karena teringat akhlak mulia Rosululloh S.A.W.

Part 2

Sebetulnya ada 2 kararkter yang ingin saya amati lebih dalam, namun karena film ini belum tuntas, masih ada part 2 yang belum ditayangkan, maka saya belum bisa membuat kesimpulan dari kedua karakter itu. Rangga dan Khan (Alex Abbad), dari keduanya, yang sama-sama muslim dan taat beragama, saya ingin melihat sejauh manakah kita masih layak menolerir hal-hal yang terkait dengan aqidah dan ibadah, serta sejauh manakah kita masih layak keukeuh terhadap hal-hal yang terkait dengan aqidah dan ibadah.

Jujur, saat film Ketika Cinta Bertasbih dibuat dalam 2 bagian, saya bete dan lebih memilih gak usah nonton filmnya di bioskop, karena sudah baca bukunya juga sih. Rasanya gak enjoy aja nonton film kok bersambung kaya' nonton sinetron. Tapi kali ini saya justru penasaran dan pengen cepat-cepat nonton 99 Cahaya di Langit Eropa part 2.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Selasa, 03 Desember 2013

Ya... Beginilah Hukum di Indonesia


Tulisan ini saya buat pada 15 April 2010, tidak lama setelah menyelesaikan KKNM (Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa), pagi tadi tidak sengaja saya temukan di Facebook dan rasanya masih layak untuk dibagi kepada teman-teman blogger.

Indonesia adalah negara hukum, tapi hukum dan keadilan di Indonesia sangat buruk. Ramai orang menghujat (kinerja) polisi, jaksa, hakim, dan pengacara. Patut diketahui bahwa menegakkan hukum bukan semata tugas aparat hukum, melainkan kewajiban seluruh elemen bangsa. Kesadaran hukum masyarakat turut andil dalam upaya penegakan hukum. Seberapa besarkah kesadaran hukum rakyat Indonesia?, sebuah pengamatan dan (anggaplah) oleh-oleh KKNM PPMD Integratif UnPad.

... ... ...
Dusun Wage, desa Bandorasa Kulon, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat. Desa yang agraris dengan 80% warganya berprofesi sebagai petani. Sawah-sawah luas membentang, para ibu mengolah ubi jalar ungu menjadi camilan khas Cilimus. Sayangnya, di desa ini tidak ada koperasi, sehingga para petani kesulitan pupuk dan pengairan, kebetulan desa ini terletak di kaki Gunung Ciremai tetapi tanahnya berpasir, para ibu juga mengalami kendala dalam memasarkan olahan ubi jalar ungu hasil kreatifitas mereka.

Setelah diobservasi, ternyata di desa ini sudah beberapa kali didirikan koperasi, namun selalu bubar karena penggelapan dana oleh pengurus, warga desa akhirnya kapok untuk mendirikan koperasi lagi. Beberapa orang mengumpulkan uang sebagai modal usaha bersama, tapi pada akhirnya bubar karena pembagian untung rugi yang menguntungkan satu pihak & merugikan pihak lain, maka muncul trauma bekerja sama.

Wanita yang menjadi buruh pabrik sering merasa tersiksa oleh kerja lembur dengan upah yang minim, diabaikannya keselamatan dan kesehatan pekerja (tidak ada cuti hamil, menyusui, haid, serta tunjangan kesehatan dan persalinan).

Saat ditawarkan penyuluhan hukum, responnya sangat "menakjubkan" : "Kami orang desa, cuma ngerti sawah & ladang, disuruh ronda malam aja susahnya minta ampun...."

Wah..wah..wah!!!, padahal penyuluhan hukum yang direncanakan itu sangat simple dan pastinya berbasis pada kebutuhan warga desa. Niat kami baik, mengenalkan aturan perkoperasian, mengajarkan membuat Surat Perjanjian agar kelak ketika mereka bekerja sama tidak ada lagi salah satu pihak yang dirugikan dan tidak mampu menuntut haknya. Sangat tidak mungkin jika kami mengajak warga desa untuk memelajari pasal-pasal di KUHP, BW, KUHD, atau UU lainnya. Lebih tidak mungkin lagi jika penyuluhan tersebut bertujuan untuk narsis dan mengibarkan bendera fakultas.
... ... ...

Ternyata, jangankan bicara kesadaran hukum, minat masyarakat terhadap hukum sangat rendah, alasannya mungkin karena hukum terlalu susah untuk dimengerti oleh orang awam, padahal hukum (aturan) tercipta karena adanya masyarakat, ubi societas ibi ius, kisah Robinson Crosseau & Mr. Friday yang populer di mata kuliah PIH (Pengantar Ilmu Hukum). Maka dari itu :
1. salah besar jika ada yang mengatakan "kuliah di FH itu mudah, hanya menghapal, tidak seperti kuliah di FK, FE, atau FMIPA yang banyak menghitung" sebab tanggung jawab moral para S.H. tidaklah ringan dalam mengawal tegaknya hukum di Indonesia
2. keadilan dan kebenaran sifatnya relatif, jangan mudah menilai dan berteriak "Ini salah!, itu gak benar!, kamu gak adil!"
3. sebelum menilai dan berkomentar tentang hukum, keadilan, dan aparat hukum di Indonesia, sebaiknya pelajari serta kenalilah hukum terlebih dahulu, jangan jadi komentator yang tidak berkompeten
4. patuhilah hukum karena hukum dibuat untuk dipatuhi, yang bilang "hukum dibuat untuk dilanggar" itu... (SORRY!!!) orang stress.

Tulisan ini hanya curahan ide ringan seorang calon S.H. (Aamiin!), tidak sempurna dan penuh kekurangan, tapi patut untuk direnungkan. Semoga yang membacanya diberkahi Tuhan Y.M.E. Aamiin....

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf