Minggu, 08 Desember 2013

99 Cahaya di Langit Eropa : Meraih Jutaan Makna Islam dari Negeri Orang

99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
Hanum Salsabiela Rais, putri Amien Rais, politisi sekaligus pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) yang pernah menjabat Ketua MPR periode 1999-2004, mengabadikan pengalaman berharganya saat mendampingi suami tercinta, Rangga Almahendra, kuliah S3 di Wina, Austria. Buku best seller itupun diangkat ke layar lebar oleh Maxima Pictures, disutradarai Guntur Soeharjanto.

Hanum, yang berprofesi sebagai jurnalis dan presenter, diperankan oleh Acha Septriasa, sementara Rangga diperankan oleh Abimana Aryasatya. Layaknya pasangan suami istri yang merantau ke negeri orang, di awal-awal masa perantauan terasa membahagiakan, melihat-lihat pemandangan dan tempat-tempat yang belum pernah dilihat atau bahkan tidak ada di Indonesia. Setelah beberapa bulan berlalu, mulailah terasa rindu pada tanah air. Tak disangka, di negeri inilah Hanum dan Rangga meraih jutaan makna Islam.

Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

Kesan pertama yang saya dapat dari film 99 Cahaya di Langit Eropa adalah susahnya orang Islam yang menjadi kaum minoritas di Eropa. Mulai dari mencari makanan halal, anak perempuan yang dibully oleh teman sekelasnya karena menggunakan jilbab, menghadapi persepsi orang (non muslim) terhadap syari'at Islam, hingga minimnya keleluasaan menunaikan sholat sedangkan Islam adalah agama dengan intensitas ibadah yang tinggi : sholat wajib 5 waktu dalam sehari serta sholat Jum'at bagi laki-laki. Kesan pertama itu sekaligus menyentil saya, betapa beruntungnya saya sebagai muslimah di Indonesia. Saya jadi malu sendiri, di Indonesia tidak dibully jika berjilbab, bahkan jilbab masa kini sangat fashionable dan semakin mempercantik para muslimah, tapi saya malah belum berjilbab. Kalau jalan-jalan ke mall, gak bakalan susah cari musholla, beberapa mall bahkan sudah mengupgrade kebersihan dan kenyamanan mushollanya, tapi saya masih sering menunda sholat dengan berbagai alasan : lebih enak sholat di rumah, tapi biasanya sih karena keasyikan shopping sampai lupa waktu sholat.

Kara Mustafa Pasha dan Agen Muslim Berakhlak Rosululloh S.A.W.

Sejarah mencatat, Kesultanan Utsmaniyah dari Turki (Turki Ottoman) pernah mencapai puncak kejayaannya setelah menaklukkan Konstantinopel pada 1453. Turki Ottoman merupakan kesultanan dengan kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Turki Ottoman terus memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke seluruh Eropa dan Afrika Utara. Sayangnya, pada 1683, Kara Mustafa Pasha dan 150.000 orang pasukannya gagal melakukan ekspansi ke Wina, Austria. Orang-orang Wina menganggap Kara Mustafa Pasha dan pasukannya sebagai penjahat, dari peristiwa ini jugalah timbul benih-benih kebencian terhadap Turki. Pada abad 19, kekuatan dan kekuasaan Turki Ottoman mulai terkikis hingga akhirnya runtuh di abad 20.

Dari asal-usul croissant, Hanum, Fatma, dan Ayse mengajak penonton menjadi agen muslim yang berakhlak Rosululloh.
Selain indahnya Wina, aura romantis Menara Eiffel di Paris, serta bukti-bukti kejayaan Islam yang tersembunyi di balik benda-benda bersejarah yang tersimpan di Museum Louvre, ada sebuah adegan yang paling memesona sekaligus menggetarkan hati saya. Saat Hanum bersama Fatma (Raline Shah), imigran Turki yang dikenal Hanum di kursus gratis bahasa Jerman, dan Ayse (Geccha Tavvara), putri Fatma, sedang makan di sebuah kafe. Tanpa sengaja Hanum mendengar percakapan dua orang laki-laki yang sedang membahas asal-usul croissant, konon kabarnya croissant sengaja dibuat berbentuk bulan sabit, serupa dengan gambar di bendera Turki. Jadi pada saat orang-orang Wina menggigit croissant, mereka merasa seolah-seolah sedang melumat bangsa dan negara Turki.

Hanum naik pitam setelah mendengar percakapan tersebut, namun Fatma punya cara berbeda. Dia justru membayar tagihan kedua laki-laki tadi kemudian meninggalkan secarik kertas yang berisi alamat emailnya dan pesan bahwa dirinya adalah seorang muslim yang berasal dari Turki. Kedua laki-laki tadi jadi tidak enak hati dan mengirimkan permintaan maaf via email.

Fatma, yang selalu mengajak setiap orang Islam yang dikenalnya untuk menjadi agen muslim, meneladani sikap bijak dan sangat terpuji Rosululloh S.A.W dalam menyikapi orang lain yang menghina agama Islam. Tindakannya sangat elegan saat membalas keburukan dengan kebaikan. Sebuah scene yang menampakkan salah satu dari ribuan sisi baik Rosululloh dan ajaran Islam yang dibawaNya, sebuah scene yang membuat air mata saya mengalir dan langsung bersholawat karena teringat akhlak mulia Rosululloh S.A.W.

Part 2

Sebetulnya ada 2 kararkter yang ingin saya amati lebih dalam, namun karena film ini belum tuntas, masih ada part 2 yang belum ditayangkan, maka saya belum bisa membuat kesimpulan dari kedua karakter itu. Rangga dan Khan (Alex Abbad), dari keduanya, yang sama-sama muslim dan taat beragama, saya ingin melihat sejauh manakah kita masih layak menolerir hal-hal yang terkait dengan aqidah dan ibadah, serta sejauh manakah kita masih layak keukeuh terhadap hal-hal yang terkait dengan aqidah dan ibadah.

Jujur, saat film Ketika Cinta Bertasbih dibuat dalam 2 bagian, saya bete dan lebih memilih gak usah nonton filmnya di bioskop, karena sudah baca bukunya juga sih. Rasanya gak enjoy aja nonton film kok bersambung kaya' nonton sinetron. Tapi kali ini saya justru penasaran dan pengen cepat-cepat nonton 99 Cahaya di Langit Eropa part 2.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

5 komentar:

  1. Review filmnya semakin membuat penasaran saya untuk menontonnya

    @indonesianholic www.indonesianholic.com

    BalasHapus
  2. Filmnya seru loh, bnyk pesan moralnya terutama untuk orang Islam

    BalasHapus
  3. Ini film yang lagi heboh ya? Penasaran..

    BalasHapus
  4. Tes tes, kok komenku ga nongol yah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah nongol tuh komennya :-D
      iya lagi tayang di bioskop sejak 5 Desember kemarin

      Hapus