Senin, 14 April 2014

Bekal Makan Siang

Mendekati jam makan siang, yang di kantor pasti sudah mulai mikir-mikir mau makan siang apa hari ini (yang enak, bersih, dan beda dari hari kemarin, supaya gak bosen), mahasiswa yang di kampus juga pasti lagi mikir-mikir enaknya makan apa siang ini (yang murah tapi porsinya banyak supaya kenyang, kalau bisa saking kenyangnya sampai gak perlu makan malam lagi). Mungkin begitu juga anak-anak sekolah, pas bel istirahat menjerit mereka langsung menyerbu kantin, pesan makanan sesuai keinginan, entah berapa orang dari mereka yang ingat pesan mama : "Jangan jajan sembarangan!", "Pilih makanan yang bersih ya!", "Kalau jajan tuh makanan sehat dong!".

Oh ya!, ngomong-ngomong soal makan siang, tanggal 12 April adalah Hari Bawa Bekal Nasional. Baru tau ya?!, sama dong!, saya juga baru tau, maklum baru dideklarasikan tahun 2013. Dilihat dari aksi kampanye yang diselenggarakan di 4 kota (Jakarta, Medan, Pontianak, Makassar), target segmen Gerakan Ayo Bawa Bekal adalah anak-anak sekolah, di Jakarta pun acara digelar di SDN 01 Menteng. Tujuannya tentulah seputar gizi dan kesehatan, selain lebih hemat, dengan membawa bekal pastilah asupan gizi, kebersihan dan kesehatan makanan yang dikonsumsi lebih terjamin. Kenyataannya agak berbeda, bukan cuma anak-anak sekolah yang bawa bekal, tapi mahasiswa dan orang kerja juga ada yang masih bawa bekal.

Bekal Jaman SD vs Bekal ke Kantor

Waktu SD, saya hampir tak pernah jajan dan tak pernah bawa uang jajan ke sekolah, setiap hari saya bawa bekal. Kadang-kadang bosan juga, tapi ibu saya tak pernah bosan menyiapkan kotak makan berisi bekal untuk saya makan saat istirahat.

Ada masa-masa dimana membawa bekal itu seperti membawa beban. Tas saya sudah penuh dengan buku-buku dan peralatan sekolah, jika ditambah kotak makan maka sama artinya menambah berat beban yang harus saya sandang. Saat jam istirahat tiba, makanannya sudah dingin, beda dengan makanan teman-teman yang baru dibeli di kantin, fresh from the oven. Kadang saya memilih untuk jajan di kantin bareng teman-teman dan tidak memakan bekal, sampai di rumah pasti dimarahi ibu karena dianggap tidak menghargai masakan ibu. Ya memang special effort bagi ibu untuk bangun pagi-pagi lalu menyiapkan bekal, wajar kalau reaksinya berupa marah saat bekal tidak saya makan.

Lain dulu lain sekarang, saat saya sudah bekerja. Tiap akan membayar menu makan siang yang sudah dipesan di kantin, kok rasanya berat mengeluarkan uang, resleting dompet seakan-akan mendadak nyangkut dan uangnya susah dikeluarkan. Maklum, bayarnya pakai uang sendiri, waktu sekolah kan tinggal minta uang jajan sama orang tua, hehehehe.... Beruntung, ibu saya (masih) tidak bosan menyiapkan kotak makan berisi bekal untuk saya makan saat istirahat, jadilah saya sering membawa bekal ke kantor. Tidak setiap hari memang, ada kalanya saya ingin santap makanan hangat dan segar, biasanya saya memilih seporsi soto ayam Lamongan plus nasi, tapi lebih sering membawa bekal ketimbang beli. Rupanya saya tidak sendiri, beberapa orang teman juga membawa bekal dari rumah, bahkan yang laki-laki juga tidak malu membawa bekal. Ada yang disiapkan oleh ibunya, sama seperti saya, tapi ada juga yang mau memasak dan menyiapkan sendiri bekalnya.

Selain lebih hemat, membawa bekal juga menolong kami ketika hujan. Kalau hujan biasanya malas harus berpayung ria ke kantin, apalagi kalau hujannya deras, bisa-bisa habis makan nanti basah semua pakaian dan sepatu. Saat antrean pekerjaan menumpuk dan berat beranjak dari meja kerja, cukup buka kotak makan dan santap siang sambil tetap melanjutkan pekerjaan di depan komputer. Oh ya, karena status kami masih trainee dan hasil Medical Check Up di akhir tahun nanti akan ikut menentukan dapat diangkat atau tidaknya kami menjadi karyawan tetap, maka membawa bekal juga menyelamatkan dari godaan bebek goreng, sate kambing, soto betawi full jeroan yang berisiko kolesterol.

Itulah cerita tentang membawa bekal makan siang. Jangan lupa berterima kasih kepada orang yang tak pernah bosan menyiapkan bekal. Suatu hari nanti, entah berapa lama lagi, barangkali tiba giliran saya berpindah posisi menjadi orang yang bertugas menyiapkan bekal untuk anak-anak atau suami tercinta.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Jumat, 11 April 2014

Tolooong! Amygdala-ku Dibajak...

Ada yang ngerti apa itu pembajakan amygdala (amygdala hijacking)?. Amygdala itu apa ya?, sejenis makanan atau tipe gadget terbaru ya?. Sebagian orang mungkin sudah familiar dengan amygdala, tapi sebagian orang lainnya mungkin baru pertama kali mengenal amygdala saat membaca tulisan saya ini. Saya pun belum lama mengenal amygdala, dikenalkan oleh Pak Anthony Dio Martin pada suatu hari di daerah Puncak.

Amygdala merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan memori yang terkait dengan emosi. Memori yang disimpan di amygdala awalnya berupa informasi (bisa berupa pengalaman, wawasan, pengetahuan) yang masuk melalui panca indera dan dimaknai dengan emosi, misalnya rasa takut, marah, curiga, dan lain sebagainya. Saat kita mengalami (melihat, mendengar, mencium, merasa, atau meraba) suatu hal, maka hal tersebut menjadi sebuah informasi yang ditangkap oleh panca indera kemudian dialirkan ke 2 jalur, yang pertama ke thalamus lalu lanjut ke neo cortex, yang kedua ke amygdala. Informasi dari thalamus ke amygdala dapat bergerak dalam satuan 12/1000 detik, lebih cepat dari sekali bernapas, sehingga amygdala mampu merespon secepat kilat meskipun neo cortex belum menerima dan mengenali keseluruhan informasi yang mengalir dari thalamus.

Ada kalanya kita mengalami hal yang memicu memori dan emosi tertentu, saat kita lekas ambil tindakan, itu berarti amygdala sedang bekerja. Orang awam menyebutnya reflek. Misalnya, pedagang kaki lima (PKL) yang sedang berjualan di trotoar, kemudian mendengar sirine atau melihat mobil Sat Pol PP melintas di kejauhan, para PKL langsung bubar dan lari tunggang langgang karena takut dirazia Sat Pol PP, takut gerobaknya disita dan tidak bisa jualan lagi.

Amygdala dikaruniakan Tuhan kepada makhlukNya sebagai alat pendorong untuk sigap bertindak dan merespon suatu kejadian, jika kejadian tersebut berbahaya maka dapat segera melakukan tindakan untuk melindungi diri. Pada dasarnya, respon sigap dari amygdala berdampak positif, namun yang namanya pembajakan biasanya berdampak negatif.

Amygdala Hijacking di Suatu Pagi

Tadi pagi, baru saja saya jadi korban amygdala hijacking, tapi syukurnya dalam taraf sangat ringan, kerugiannya pun sangat kecil. Sehabis mandi pagi, akan berpakaian dan siap berangkat kerja, tiba-tiba saya melihat celana tidur yang biasa saya pakai tergeletak di atas tumpukan pakaian-pakaian bekas. Pakaian-pakaian itu biasanya akan dipensiunkan, entah dijadikan serbet karena sudah sobek dan lusuh atau akan disumbangkan karena sudah kekecilan.

Rasa kesal langsung menjalar ke dada, celana itu paling enak dipakai, bahannya empuk, adem, dan nyaman walaupun ada sedikit sobek. Pagi itu memang saya sedang uring-uringan, bangun kesiangan gara-gara badan pegal-pegal, kepikiran kerjaan dan kemacetan yang harus saya hadapi, biasanya kalau berangkat agak siang 10 menit saja kondisi jalan sudah berbeda, lebih macet.

"Apa-apaan ini?!, sekalian aja gue cabik-cabik, biar gak jadi disumbangin, gak bisa dijadiin serbet juga," kataku sambil merobek-robek celana.

Setelah celana tercabik-cabik, sedikit rasa puas menyeruak dari hati, dan ibuku bertanya penuh heran. "Kok celananya disobek-sobek?."

"Ini celanaku masih bagus, cuma sobek sedikit aja, kok udah ditumpuk di sini?!," aku nyolot, nada suaraku tinngi.

"Itu mau dijahit, tadi ditaruh sebentar di situ soalnya mau ambil benang sama jarum dulu."

Waduh!, nyesel campur malu. Celana itu akhirnya bener-bener gak bisa disumbangin, gak bisa dijadiin serbet, dan gak bisa dipake lagi. Hiks!.... Ternyata yang bisa dibajak bukan cuma pesawat, FB, Twitter, atau BB, tapi amygdala (otak) juga bisa dibajak. So, jaga baik-baik si amygdala, selektiflah terhadap informasi yang ditangkap panca indera.

Oh ya!, tips dari Pak Anthony Dio Martin untuk menghindari amygdala hijacking, berilah jeda selama 6 detik dari waktu kita mengalami sebuah kejadian dengan waktu kita mengambil tindakan. Ya!, 6 detik, hanya 6 detik, tak perlu 6 menit, 6 jam, apalagi 6 hari. Cukup 6 detik yang menyelamatkan dari tindakan merugikan berujung penyesalan.

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf