Senin, 21 Oktober 2013

Sama Kamu, Apa Untungnya?*



Temenan sama kamu… Apa untungnya?.
Pacaran sama kamu… Apa untungnya?.
Nikah sama kamu… Apa untungnya?.


Pertanyaan-pertanyaan barusan terdengar agak menyebalkan. Kalau yang bertanya seorang cewek, besar kemungkinan bakal mendapat cap cewek matre. Kenapa sih sebuah relationship harus dilihat dari untung dan rugi?. Bukankah pertemanan, cinta kasih, dan ikatan pernikahan seharusnya dilandaskan pada ketulusan?, bukan kebendaan. Untung rugi, kok kesannya seperti orang berjualan.
 
Coba kita ingat-ingat nasehat orang tua, mungkin sering dinasehatkan kepada kita dulu. Hati-hati memilih teman. Berteman dengan tukang parfum, ikut mendapat bau wanginya. Berteman dengan tukang ikan, bisa kecipratan bau amisnya. Mohon maaf!, tidak bermaksud membeda-bedakan jenis pekerjaan. 

Sekarang coba kita renungkan, nasehat orang tua kita dahulu dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyebalkan tadi. Semakin kita dewasa, tentunya semakin bijak kita menerjemahkan setiap kata. Dalam berteman, kita diperbolehkan memilih. Arti kata memilih di sini dapat diartikan secara luas, namun arti yang paling bijak adalah memilah teman manakah yang bisa membawa pengaruh positif pada diri kita, bukan yang justru merusak.

Sindentosca aja bilang : “persahabatan bagai kepompong, merubah ulat menjadi kupu-kupu”, bermakna bahwa persahabatan yang baik dapat mengubah seseorang yang biasa (diibaratkan dengan ulat) menjadi lebih baik (diibaratkan dengan kupu-kupu). Lagu yang kedengarannya simpel dan easy listening tapi sebetulnya bermakna sangat dalam dan luas. 

Ada yang kenal istilah co-branding?. Istilah ini sangat populer di dunia marketing dan branding. Arti co-branding, secara garis besar, ialah bergabungnya lebih dari satu brand yang bertujuan untuk menaikkan image (citra) brand, saling melengkapi, dan menaikkan daya jual. Jika diformulasikan ke dalam rumus matematika, 1 + 1 = minimal 3, itu baru co-branding yang menguntungkan kedua belah pihak. Perlu diketahui bahwa brand tidak terbatas pada merek, diri kita sendiri juga merupakan sebuah brand atau yang dikenal dengan personal branding.

Disadari atau tidak, saat kita memutuskan berteman dengan seseorang, maka kita berco-branding dengan orang tersebut. Suka atau tidak, saat kita memutuskan berpacaran dengan seseorang, maka kita berco-branding dengannya. Begitupun dengan pernikahan. Maka tak jarang ada bisik-bisik, “Eh!, si Fulan tuh anak bandel loowh… Buktinya temen-temennya pada hobi nyontek, cabut, ngerokok, minum”. Atau ketika ada perempuan baik-baik berpacaran dengan seorang playboy, “Kok mau ya pacaran sama si Anu, dia kan playboy kelas kambing, hobinya mainin cewek, jaangaan-jangaaan…ceweknya juga bersedia dimain-mainin”. Saat gadis remaja bersedia menikah dengan lelaki hampir paruh baya yang berlimpah harta dan berdarah biru pula, lantas di pesta pernikahannya sayup-sayup terdengar, “Jelas aja mau nikah sama Pak Tua itu, biar tua tapi tajir, pengen ngangkat status juga tuh biar ikut-ikutan ningrat”.

Banyak co-branding lain yang bersifat positif dan juga berdampak positif. Selamat memilah dan memilih teman, rekan kerja, klien, pacar, suami, istri, atau siapapun yang akan mengiringi langkah kita dengan sebijak mungkin. Namun pada hakikatnya, semua manusia sama derajatnya di mata Tuhan.

*tulisan ini pernah diposting di http://iamintannisa.blogdetik.com/ , lomba 30 Hari Non Stop Ngeblog

- See more at: http://artikelkomputerku.blogspot.com/2010/10/cara-memasang-banner-di-bawah-posting.html#sthash.TrMBEyDs.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar