Minggu, 20 Oktober 2013, kemarin saya hang out bareng teman-teman ke PIM. Awalnya cuma niat makan-makan, tapi pas lewat XXI dan melirik film-filmnya, jadi lanjut nonton di XXI PIM 2. Sebetulnya pengen banget nonton Manusia Setengah Salmon, berhubung yang lain ngajakin nonton Escape Plan ya jadinya saya nonton Escape Plan juga. Alhamdulillah filmnya bagus, sama sekali tidak mengecewakan, jadi gak bikin nyesel karena menunda nonton Manusia Setengah Salmon.
Setelah beradu akting dalam film The Expendables, Sylvester Stallone dan Arnold Schwarzenegger reunian lagi di film yang awalnya berjudul The Tomb ini, entah kenapa kok judulnya diganti. Selain 'si Rocky Balboa' dan 'si Terminator', Jim Caviezel, Faran Tahir, 50 Cent, Amy Rian, serta bintang-bintang ternama lainnya ikut berperan di film yang disutradarai Mikael Hafstrom. Banyak adegan kekerasan di film ini, ibu-ibu setengah baya yang duduk persis di samping saya saja berkali-kali menutup matanya dan memeluk pundak suaminya demi menghindari adegan kekerasan tersebut.
Escape Plan berkisah tentang Ray Breslin (diperankan oleh Sylvester Stallone), seorang ahli di bidang keamanan sekaligus arsitek penjara yang brillian dan terkemuka, pekerjaannya adalah keluar masuk penjara sebagai seorang napi kemudian meloloskan diri untuk menguji seberapa ketat tingkat keamanan dan penjagaan di penjara tersebut. Hebatnya, saat berada di dalam penjara, Breslin, yang gemar mengamati rutinitas para sipir dan detail bangunan penjara, nampak layaknya seorang napi biasa, tak seorangpun sipir dan petugas penjara yang mengetahui bahwa sebetulnya Breslin adalah seorang analisator ulung yang menyusup untuk menganalisa kelemahan-kelemahan sistem keamanan dan penjagaan di penjara tersebut. Sempat terlintas di pikiran saya, andaikan Breslin 'diundang' ke Indonesia untuk menganalisa kelemahan-kelemahan sistem keamanan dan penjagaan di penjara-penjara Indonesia, pasti keren banget!.
Hingga suatu ketika, Breslin menerima tawaran dari seorang agen CIA untuk menguji tingkat keamanan dan penjagaan sebuah penjara rahasia. Sayangnya, Breslin dijebak dan dijebloskan di penjara rahasia tersebut. Di penjara rahasia yang sistem keamanan dan penjagaannya super duper ketat sekaligus kejam itulah Breslin berkenalan dengan Emil Rottmayer (diperankan oleh Arnold Schwarzenegger), kemudian mereka bekerja sama meloloskan diri. Menjelang akhir film, diketahui ternyata penjara rahasia itu dibangun berdasarkan catatan-catatan hasil analisa Breslin yang dibukukan.
Kejelian Breslin dalam mengamati rutinitas para sipir dan detail bangunan penjara hingga ke lekuk-lekuk terkecil berhasil memukau penonton. Sekumpulan napi asal Timur Tengah yang beragama Islam, diperlihatkan sedang sholat berjama'ah dan mengucapkan Assalamu'alaikum, membuat pikiran saya berasosiasi bahwa penjara rahasia tersebut serupa dengan Guantanamo.
Ethnography
Apa itu ethnography?. Mungkin belum banyak yang mengetahuinya. Ethnography, lahir dari antropologi dan sangat sering diterapkan dalam riset ilmu-ilmu sosial, adalah sebuah metode penelitian kualitatif dimana si peneliti (ethnographer) harus tinggal dan hidup bersama-sama dengan objek penelitian dalam waktu tertentu. Ethnography pada awalnya digunakan para antropolog untuk meneliti kebudayaan dan pola kehidupan suku-suku terasing yang hidup di pedalaman. Waktu yang dihabiskan untuk sebuah ethnography terbilang cukup lama jika dibandingkan dengan proses pengumpulan data pada penelitian kuantitatif (statistik, kuesioner, dll), kadang hingga bertahun-tahun, ini dibutuhkan untuk membangun kedekatan antara ethnographer dengan objek penelitiannya. Selain itu, ethnographer juga wajib terjun langsung ke dalam area objek penelitiannya. Jika sudah terjalin keakraban antara ethnographer dan objek penelitiannya, maka ethnographer dapat melakukan penelitian secara holistik, mendalam, serta detail. Jika sudah tidak ada kecanggungan antara ethnographer dan objek penelitiannya (biasanya manusia), maka hasil pengamatan yang didapat akan lebih natural dan akurat.
Saat ini, ethnography sudah diterapkan di berbagai bidang, misalnya ethnography marketing dan ethnography komunikasi. Apa enaknya menjadi seorang ethnographer?. Menurut saya, yang kebetulan senang main detektif-detektifan sejak masih bocah, ethnographer itu setengah detektif sebab harus mampu menyamar dan menguak hal-hal baru yang belum diketahui banyak orang, tentunya hal-hal baru tersebut harus akurat dan sanggup membuat orang lain tercengang sambil bilang "Wow!".
Ray Breslin = Ethnographer
Selesai nonton, masih di PIM sambil menikmati setangkup sandwich tuna hangat nan lezat Tous les Jours, saya mulai 'mereview' film yang barusan saya tonton. Menurut saya, Ray Breslin dapat dikatakan sebagai seorang ethnographer. Dengan wawasan yang begitu luas mengenai seluk beluk penjara serta kemampuan mengamati yang begitu tajam, Breslin sengaja keluar masuk bui berkali-kali untuk mengamati langsung rutinitas para sipir, rutinitas para napi, detail bangunan penjara sampai ke lekuk-lekuk terkecil, hingga sistem keamanan dan penjagaannya. Secara tidak langsung, film Escape Plan juga mengulas tentang ethnography.
Terlepas dari ethnography, film ini sangat layak ditonton oleh penggemar film action dengan catatan tanpa membawa anak kecil. Seru abiiizzz!!!.
Saat ini, ethnography sudah diterapkan di berbagai bidang, misalnya ethnography marketing dan ethnography komunikasi. Apa enaknya menjadi seorang ethnographer?. Menurut saya, yang kebetulan senang main detektif-detektifan sejak masih bocah, ethnographer itu setengah detektif sebab harus mampu menyamar dan menguak hal-hal baru yang belum diketahui banyak orang, tentunya hal-hal baru tersebut harus akurat dan sanggup membuat orang lain tercengang sambil bilang "Wow!".
Ray Breslin = Ethnographer
Selesai nonton, masih di PIM sambil menikmati setangkup sandwich tuna hangat nan lezat Tous les Jours, saya mulai 'mereview' film yang barusan saya tonton. Menurut saya, Ray Breslin dapat dikatakan sebagai seorang ethnographer. Dengan wawasan yang begitu luas mengenai seluk beluk penjara serta kemampuan mengamati yang begitu tajam, Breslin sengaja keluar masuk bui berkali-kali untuk mengamati langsung rutinitas para sipir, rutinitas para napi, detail bangunan penjara sampai ke lekuk-lekuk terkecil, hingga sistem keamanan dan penjagaannya. Secara tidak langsung, film Escape Plan juga mengulas tentang ethnography.
Terlepas dari ethnography, film ini sangat layak ditonton oleh penggemar film action dengan catatan tanpa membawa anak kecil. Seru abiiizzz!!!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar