Membaca Rantai Gajah, tulisan Pak Darmawan Aji yang di posting di www.darmawanaji.com, saya terusik oleh 3 baris terakhir : "Gajah itu terbelenggu, bukan terbelenggu oleh rantainya, namun
terbelenggu oleh pikirannya sendiri sehingga ia tak mampu membebaskan
potensinya sendiri. Bagaimana dengan kita kawan?". Kalimat tanya yang menutup tulisan itu juga membuat saya mengoreksi diri, masih adakah mental block dalam diri saya?.
Pak Darmawan Aji adalah orang pertama yang mengajarkan saya tentang hipnosis. Kalau tidak salah, September 2009 silam merupakan pertemuan pertama saya dengan beliau. Waktu itu saya masih mahasiswa Universitas Padjadjaran, suatu hari saya mencoba mengisi waktu luang dengan ikut seminar tentang self hypnosis di ComLabs ITB dan beliaulah pembicaranya, itulah pertama kalinya saya mengenal hipnosis secara ilmiah.
6 Tahap
Belum lama ini saya mengalami sebuah pengalaman dalam hidup saya, pengalaman itu berkaitan dengan rantai gajah atau belenggu potensi diri alias mental block, pengalaman itu adalah serangkaian tes seleksi karyawan Kompas Gramedia. Seleksi yang sudah pernah saya ikuti pada tahun 2011, beberapa bulan saja setelah saya wisuda, dan saya gagal di tes tahap 1 padahal saya berharap besar saat itu, maklum fresh graduate yang masih jobless pasti dihujani pertanyaan dan tuntutan seputar pekerjaan.
Dimulai dari tanggal 22 November 2013, walk in interview. Saya sampai di kantor Kompas Gramedia sekitar pukul 08.30 WIB, sudah dapat nomer antrian 240-an. Prosesnya sangat cepat, interview dilakukan per term, masing-masing 1 jam, kemudian langsung diumumkan siapa yang lolos per term setiap 1 jam sekali. Alhamdulillah saya lolos walk in interview. What's next?, tes tahap 2 dan 3 yaitu psikotes dan kawan-kawannya. Kapan?, keesokan harinya!. Alangkah tidak siapnya saya, sangat tidak menyangka. Rupanya seleksi ini juga diselenggarakan di 5 kota lainnya (Surabaya, Bandung, Yogyakarta, 2 kota lainnya saya lupa) dan Jakarta adalah kota terakhir sehingga psikotes dilaksanakan langsung keesokan harinya.
Tanggal 23 November 2013, tes tahap 2 dan 3 berlangsung seharian penuh, mulai pukul 08.00 hingga pukul 18.00 WIB. Psikotes dilaksanakan hingga pukul 11.00, kemudian istirahat makan siang dan sholat dzuhur. Pukul 14.00 langsung diumumkan siapa yang lulus psikotes dan Alhamdulillah saya lulus. What's next?, tes tahap 3 yaitu FGD (Focus Group Discussion) yang dinilai oleh seorang psikolog, tes melanjutkan gambar (War Teg Test), tes menggambar pohon dan orang, serta tes berhitung (Pauli - Kraepelin Test) berlangsung hingga pukul 18.00 WIB. Pada tes tahap 2 dan 3 ini, peserta-peserta dari 5 kota lainnya berkumpul di Jakarta. Alhamdulillah saya lulus FGD, War Teg Test, tes menggambar pohon dan orang, serta Pauli - Kraepelin Test. Pengumuman kelulusan saya terima via email seminggu setelah tes.
Kemudian tanggal 6 dan 11 Desember, tes tahap 4 dan 5, masing-masing adalah Project Team Interview dan Interview User. Project Team Interview adalah wawancara yang dilakukan oleh HR dari kantor pusat, sedangkan Interview User adalah wawancara yang dilakukan oleh HR Manager Unit, di unit itulah nanti kita ditempatkan. Alhamdulillah saya juga lulus kedua tahap tes tersebut. Daaaaaannn...tes terakhir yang menurut saya paling membuat deg-degan adalah Medical Check Up. Jujur saja, sudah lama sekali saya tidak berolah raga (kecuali jalan kaki) dan tidak berpola hidup sehat. Medical Check Up cukup lengkap, mulai dari cek darah puasa dan cek darah setelah puasa, rontgen paru-paru, cek urin, tes pendengaran, tes penglihatan, tes buta warna, EKG, cek tensi dan denyut nadi, serta cek fisik dari ujung kepala hingga ujung kaki termasuk cek payudara (bagi perempuan), cek hernia (bagi laki-laki), dan cek wasir (ambeien) di anus.
Alhamdulillah saya lulus juga Medical Check Up ini dan akhirnya saya diterima sebagai karyawan di Kompas Gramedia. Ooops...tunggu dulu!, tes belum berakhir. Masih ada training selama 11 bulan dengan 2 tahap evaluasi dan berlaku sistem gugur. Setelah training barulah diangkat menjadi karyawan tetap dengan ikatan dinas 1 tahun.
Kalau selama ini saya mendengar nasehat : "Manusia ditakdirkan untuk berkompetisi. Sebelum jadi manusia saja sudah harus berkompetisi. Hanya 1 dari jutaan sperma yang dapat membuahi sel telur, kemudian bertahan 9 bulan di kandungan, berjuang saat proses kelahiran, perjuangan panjang saat di dunia, dan semuanya baru berakhir ketika mati. Itulah saat kita mempertanggungjawabkan semua kesempatan indah yang Tuhan berikan", melalui 6 tahap inilah saya alami langsung serangkaian panjang seleksi ketat dan cepat demi sebuah kesempatan berkarir di perusahaan besar dan ternama yang telah berdiri sejak 1963. Bukan hanya itu, 6 tahap inilah yang berhasil memutus rantai gajah atau mental block dalam diri saya.
Rantai Gajah yang Membelenggu
Berdasarkan pengalaman berkali-kali gagal seleksi masuk perusahaan besar dan ternama, seperti Telkom, Bank Mandiri, BNI, Pertamina, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan yang lainnya yang saya tidak ingat saking keseringan...hehehe..., terbentuklah persepsi dalam benak saya bahwa saya tidak akan pernah bisa diterima apalagi bekerja di perusahaan-perusahaan besar dan ternama. Bahkan saya sering menghindari open recruitment perusahaan-perusahaan besar dan ternama tersebut, daripada kecewa untuk kesekian ratus kalinya.
Mirip seperti gajah yang dirantai sejak kecil, baru saya sadari sekarang bahwa dulu saya hanyalah seorang fresh graduate yang belum punya pengalaman kerja, saya juga jarang bergabung dalam kepanitiaan dan organisasi-organisasi kemahasiswaan, menjawab pertanyaan interviewer dengan terbata-bata karena minimnya wawasan. Saat ini, setelah 1 tahun bekerja ke sana-sini dan 1 tahun menetap di brand consultant, saya sudah jauh lebih kaya dengan pengalaman kerja, pengalaman berinteraksi dengan klien, kemampuan berbicara di hadapan banyak orang, menjawab pertanyaan dengan baik dan benar, serta presentasi memukau juga meningkat. Alhamdulillah 6 tahap inilah yang berhasil memutus rantai gajah, menghancurkan mental block, sebab secara langsung saya membuktikan bahwa saya bisa!.
Tentunya, kesuksesan awal ini tidaklah saya raih sendiri. Banyak dukungan dan do'a yang membantu menguatkan serta melancarkan. Saya sembahkan syukur kepada Alloh S.W.T, saya haturkan terima kasih kepada kedua orang tua, keluarga besar, sahabat-sahabat, teman-teman, dan semua orang yang ikut mendo'akan saya.
Untuk para pembaca, jangan ragu untuk terus mencoba, jangan pasrah dengan belenggu apapun yang merantai diri. Kadang tanpa sadar, kita sudah cukup kuat dan sangat mampu untuk melepaskan belenggu tersebut, hanya kita belum cukup berani untuk melakukannya. Entah masih berapa banyak mental block yang ada di diri saya, tapi Alhamdulillah 1 belenggu sudah terlepas. Terima kasih, Pak Darmawan Aji!.