Baru aja kelar nonton Hijrah Cinta, kepengennya udah dari sebelum Lebaran, kesampaiannya setelah Lebaran. Hijrah Cinta adalah film yang menceritakan kisah hidup almarhum Ustad Jefri Al-Buchori, a.k.a. Uje, sejak masa jahiliyahnya, kemudian beliau bertemu Pipik Dian Irawati, sekarang dikenal sebagai Umi Pipik, bidadari surga yang setia mendampinginya berhijrah alias move on ke kondisi yang lebih baik, hingga kecelakaan lalu lintas yang mengembalikan beliau ke haribaan Alloh S.W.T. Dengan durasi 123 menit, film yang disutradarai Indra Gunawan ini berhasil menguras air mata sekaligus menggetarkan jiwa. Penontonnya mayoritas pasangan suami istri, kaum ibu paruh baya, hijabers, serta beberapa anak kecil yang mungkin sengaja nonton dalam rangka menghabiskan liburan atau 'terpaksa' diajak sama orangtuanya berhubung gak ada yang jaga mereka di rumah karena PRT belum pada balik dari mudik.
Hijrah Cinta sebelas dua belas sama Habibie & Ainun, sama-sama kisah nyata, sama-sama kisah cinta sejati sepasang tokoh ternama di Indonesia. Tantangan Alfie Alfandy dalam memerankan Uje pastilah sama besarnya dengan tantangan Reza Rahadian saat memerankan B. J. Habibie. Kualitas acting keduanya pun sama baiknya, sama-sama layak mendapat apresiasi yang tinggi. Begitu pula dengan Revalina S. Temat yang memerankan Umi Pipik dan BCL yang berperan sebagai Ibu Ainun. Sebagai tokoh utama, Uje diperankan dengan sangat baik oleh Alfie, Uje seakan hidup kembali. Face, gesture, hingga vocal 99% mirip Uje. Adegan Uje menyenandungkan I'tiraf untuk Pipik salah satu contohnya.
Karena nontonnya di PIM yang dekat dengan TKP kecelakaan, sensasi nonton kali ini beda banget, sampai merinding. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Umi Pipik, keempat anak almarhum, Umi Tatu (ibunda Uje), para sahabat serta pengagum beliau saat menonton film ini.
Suwargo nunut neroko katut
Peribahasa Jawa : suwargo nunut neroko katut, kira-kira begini artinya : kalau suami masuk surga maka istri bisa kebawa ke surga, begitu pun kalau suami masuk neraka, istri juga bisa kebawa ke neraka. Sorry!, bukan ahli tafsir peribahasa, tapi yang jelas peribahasa ini menunjukkan kekuatan sekaligus betapa besarnya tanggung jawab laki-laki sebagai pemimpin rumah tangga. Istri hanya nunut dan katut, kesannya kok perempuan itu pasif banget ya?!, minim banget perannya?!.
Lagi-lagi, secara tidak langsung, kita bisa belajar dari Umi Pipik. Boleh dikatakan bahwa beliau tidak sepenuhnya seorang istri yang suwargo nunut neroko katut. Ibarat pesawat dalam sebuah penerbangan, suami sebagai pilot, istri multitasking mulai dari jadi co pilot, navigator, hingga pramugari. Artinya, istri mampu menjadi wakil suami, ikut menentukan arah langkah dan masa depan bersama, dan tentunya mampu melayani serta mengurus suami dan anak-anak. Seperti itulah kira-kira peran besar Umi Pipik dalam hidup Uje, rasanya tipe istri seperti inilah yang ideal, tidak sebatas suwargo nunut neroko katut.
Laki-laki adalah makhluk Tuhan yang sama seperti perempuan, tapi kadang perempuan melihat laki-laki dari kacamata yang terlalu feminim sehingga mengagankan bahkan menuntut laki-laki selalu bisa menyelesaikan semua masalah, termasuk masalah perempuan yang sebetulnya hal asing bagi laki-laki, menginginkan bahu laki-laki selalu kuat dan nyaman untuk bersandar terutama di saat galau dan sedih, padahal suatu saat laki-laki juga bisa sedih dan juga butuh bahu untuk bersandar. Di balik gagah dan kuatnya laki-laki, selalu ada kesempatan bagi perempuan untuk menunjukkan kekuatan di balik kelemahlembutannya. Inilah makna real dari take and give.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar